Vote dulu sebelum baca karena aku bakal double up! 50 vote aku langsung up!
-----Tubuh Luhan sedikit berjenggit kaget karena volume suara yang tiba-tiba meninggi, kemudian ia berbalik. Mereka beradu tatap sebentar dan tidak lama bola mata Sehun membola melihatnya. Ia langsung duduk di pintu tenda dengan menyentuh tangan Luhan. Menatapnya dengan sebuah pertanyaan di kepalanya.
Ternyata Luhan menunjukan layar ponsel suaminya kemudian menggoyangkan ponsel itu "Bukankah kau menginginkan sesuatu yang lezat? Aku melakukannya."
"Lalu tendanya? Aku menyuruh ahjussi itu merapikan tendanya"
"Otakmu sepertinya sedang tidak dalam tempatnya, sayang. Kita bisa membatalkannya" Luhan menarik tangannya dari cengkraman Sehun "Kenapa menyimpulkan sesuatu dengan begitu cepat?" Tanyanya dengan kepala yang semula menunduk mengusap pergelangan tangannya, kini menatap suaminya sembari menyerahkan ponsel yang ia gunakan untuk memesan makanan itu kepada Sehun.
Sehun menerimanya "Lalu kenapa tidak menahanku ketika aku pergi?"
"Kau ingin aku melakukannya? Yang benar saja Sehun! Kau saja yang tidak sabaran" Luhan menolak untuk di salahkan sehingga ia melemparkannya kembali kepada suaminya.
Tiba-tiba Sehun menjatuhkan tubuhnya kepada Luhan, memeluknya dengan lemas "Kukira kau marah sayang" kali ini memeluknya dengan benar, jika melihat ia mengeratkan pelukannya.
"Ibu benar-benar tidak ada menghubungiku" keluh Luhan lagi setelah melewati pertengkaran kecil akibat kesalahpahaman beberapa saat yang lalu.
Sehun melepas pelukannya "Stop Luhan! Stop! Ini tidak akan selesai jika terus di bahas sayang" Sehun lelah mendengarnya.
"Aku serius. Kali ini bukan karena aku khawatir akan di lupakan oleh mereka. Tapi lebih merasa aneh saja" ujarnya dengan kekehan karena sekilas mengingat kejadian beberapa saat lalu dengan suaminya. Luhan membenarkan posisi duduknya lebih nyaman menghadap suaminya "Coba kau ingat. Aku tinggal ke dapur atau ke kamar mandi saja mereka rewel, terlebih lagi Ziyu. Bukankah akan aneh jadinya ketika hampir 5 jam ini aku tidak bersama mereka?"
"Memang benar apa yang kau katakan. Tapi sudahlah sayang, mungkin mereka ingin belajar mandiri dan tidak mau mengganggu kita"
Luhan menampilkan wajah kecutnya setelah mendengar penuturan suaminya yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin bayi yang belum menginjak 2 tahun itu tahu dengan istilah belajar mandiri dan mengganggu.
Mengabaikan perkataan suaminya, Luhan sibuk dengan ponselnya pun dengan Sehun. Tidak ada pembicaraan diantara mereka sebentar sebelum Sehun angkat bicara.
Matanya membulat sembari men-scroll layar ponselnya "Apa ini semua, Luhan?"
Melirik sebentar apa yang sedang suaminya lakukan dan pertanyakan "Makanan tentu saja"
"Kenapa semuanya kau pesan dengan rasa pedas?"
"Kata siapa? Kau tidak bisa melihatnya?" Meraih paksa ponsel suaminya dan mencari pesanan yang akan ia tunjukan "Lihat! Ini tidak pedas. Ini dingin dan manis. Minuman kesukaanmu, Bubble tea" ujarnya dengan senyum jahilnya. Kemudian menyerahkan kembali ponsel yang sempat ia gunakan sebentar kepada suaminya.
"Itu minuman, bukan makanan sayang" Sehun mengeluh dengan manja, lelah dengan perilaku Luhan yang luar biasa ajaib hari ini. Hingga membuatnya menghela napas yang sudah tidak terhitung jumlahnya.
Lagi. Luhan menampilkan senyumnya, tapi dengan polos seperti tidak terjadi apa-apa.
"Kau tidak boleh memakan semuanya" putus Sehun tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔
Fiksi PenggemarSebuah cerita yang tersaji hanya tentang romansa hunhan dan keluarganya. Masalah kecil hanya sebagai pemanis :D -- Sebuah kesempurnaan ketika kau mencintai dan dicintai dengan tulus tanpa putus. Karna cinta yang tulus tidak akan memikirkan banyak al...