Chapter 39

735 123 42
                                    

Semuanya sudah berkumpul di ruangan yang terdapat wanita cantik yang sedang tidak sadarkan diri dan seorang dokter yang sedang memeriksanya. Itu dokter yang sama seperti kemarin yang memeriksa Sehun.

Disana juga sudah ada Ibu Sehun yang sebelumnya di hubungi oleh bibi Han atas perintah Sehun.

Sedangkan si kembar, mereka di letakan di lantai di atas karpet bulu halus dan di kelilingi banyak mainan di sekitarnya.

Dokter menegakkan tubuhnya, ia berbalik dan menghadap Sehun "Nyonya Luhan mengalami dehidrasi"

"Apa penyebab utamanya, dok?"

"Sepertinya Nyonya kelelahan dan mengabaikan untuk memberi asupan cairan dan makanan ke dalam tubuhnya, di tambah tekanan darah Nyonya sangat rendah atau bisa di sebut anemia"

Sehun mengusap wajahnya kasar dengan bulir keringat di pelipisnya, lalu ia beralih kepada bibi Han yang juga ada disana.

"Nyonya selalu melarang saya untuk membuatkannya makan, Nyonya mengatakan ingin membuat makanannya sendiri" bibi Han menjawab setelah mendapat tatapan dari Tuannya yang seperti mengintimidasinya.

Sehun membuang nafasnya kasar, tampak frustasi dengan keadaan Luhan sekarang.

"Kalau begitu, biarkan cairan ini habis terlebih dahulu untuk menambah cairan dalam tubuh Nyonya" Dokter menyerahkan resep obat kepada Sehun "Biarkan Nyonya beristirahat untuk beberapa hari, setelah pulih jangan biarkan Nyonya terlalu lelah"

"Baik Dokter, terimakasih"

"Apa sekarang Tuan sudah merasa lebih baik?" Tanya dokter itu tiba-tiba.

"Ya berkat istriku" ada senyuman tersungging disana. Dokter ikut tersenyum melihatnya.

"Kau sakit Sehunie?" Nyonya Oh yang menyimak langsung menanyai anaknya dengan nada khawatir.

"Hanya demam, bu. Tapi sekarang sudah baik-baik saja"

Ibu Sehun hanya mengangguk "Kau harus tetap sehat, Sehunie" yang juga di angguki oleh Sehun.

Tidak lama dokter pamit undur diri karena tugasnya sudah selesai dengan Bibi Han yang mengantar Dokter tersebut sampai depan. Setelahnya bibi Han pergi ke dapur untuk membuatkan sesuatu yang lembut untuk Luhan, seperti bubur.

* * *

Sehun terus berada di samping Luhan dengan tangan yang selalu ia genggam. Bulir di pelipisnya tidak kunjung surut, selalu datang kembali setelah Sehun menghapusnya.

Itu karena rasa khawatir yang berlebihan terhadap istrinya yang tidak ia pantau kondisi kesehatannya selama ini dan karena istrinya tidak kunjung membuka matanya.

Mencium punggung tangan istrinya berulang kali, tanpa menghentikan usapannya di atas kepalanya.

Wanita itu melenguh dan membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk retina matanya. Alisnya merajut mencoba mendapatkan kembali penglihatan normalnya lalu mengarahkan pandangannya pada lelaki di sampingnya.

Ia tersenyum meski pusing terus saja menjalari kepalanya "Luhanie" Sehun sudah menanti Luhan membuka mata sejak tadi.

"Ada yang sakit?"

Luhan menggeleng "Hanya pusingnya terlalu kuat"

Sehun mengulurkan tangannya, memijat kepala Luhan.

"Aku kenapa?"

"Dehidrasi, tekanan darahmu rendah membuatmu kehilangan kesadaran"

Luhan memejamkan matanya, merasakan pijatan di kepalanya yang sedikit kuat tapi terasa nyaman, karena rasa pusingnya perlahan hilang.

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang