Chapter 18

1.3K 153 30
                                    

Jan lupa vote dan comment 💞

°
°
°

"Apa semuanya sudah kau masukan ke bagasi mobil?" Luhan bertanya setelah suaminya masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi.

Memasang safety beltnya sebelum menyalakan mesin mobil, Sehun menoleh sebentar ke samping kanan, dimana istrinya duduk "Aku rasa sudah"

Luhan memicing menatap suaminya "Jangan sampai ada yang terlewat. Kau akan lama di Busan" menormalkan kembali tatapannya setelah mendapat anggukan dari suaminya.

"Semua makanan yang sudah aku siapkan, cukup kau panaskan kalau kau ingin makan" Lanjut Luhan mengingatkan suaminya.

"Dan jangan makan sembarangan, tidak ada yang merawatmu jika kau sakit" sebuah larangan yang selalu Sehun dengar jika ia bepergian tanpa istrinya. Sehun akan mengingat semua larangan itu.

"Ada banyak wanita disana kurasa" jawab Sehun sekenanya. Ia bergurau tapi matanya tidak sanggup menatap mata Luhan. Gurauannya kali ini dengan embel-embel 'wanita' yang Sehun tahu akan mendapat delikan tajam dari Luhan.

Tidak ada jawaban. Sehun memberanikan diri untuk melihat istrinya melalui sudut matanya. Dan benar saja tatapan tajam sedang mengintainya sejak ia mengucapkan gurauan itu.

Mendapat delikan tajam dari sang istri, ia tersenyum bodoh dan mencubit gemas pipi Luhan "Bercanda sayang"

"Tidak lucu!" Jawabnya sinis dan menghempaskan tangan Sehun dari pipinya.

"Lucu sayang" Sehun menjawab santai dengan sebuah senyuman.

"Apanya yang Lucu?! Gurauanmu sungguh tidak lucu, Sehun! Kau tahu, aku paling tidak suka kalau aku sedang berbicara kau memotongnya dengan gu--"

"Kau yang lucu" kalimat Luhan terpotong oleh jawaban Sehun yang berhasil menimbulkan warna kemerahan di pipi Luhan setelahnya.

"Kau lucu ketika sedang kesal apalagi dengan mata seperti ini" Sehun melanjutkan sembari menirukan bagaimana tadi Luhan menatapnya tajam.

"SEHUUUUUN!"

"Iya sayang? aku disini. Tidak usah berteriak. Kedua telingaku masih berfungsi dengan baik" lagi. Sehun menjawab teriakan Luhan dengan santai. Tidak mengindahkan kekesalan istrinya yang wajahnya sudah merah padam.

"Lupakan!" Jawab Luhan sinis sembari memperbaiki posisi duduknya menghadap ke depan. Tidak mau lagi menatap suaminya yang sudah merusak moodnya.

Sehun hanya tersenyum melihat gelagat Luhan yang sedang merajuk. Ia juga membenarkan posisi duduknya, lalu ia menginjak pedal gas untuk melajukan mobilnya setelah mesinnya ia panaskan sembari menggoda istrinya tadi.

"Kau harus ingat ini" Luhan berbicara dengan pandangan tetap lurus ke depan.

"Jangan --"

"Jangan abaikan waktu makanmu, pagi sore dan malam. Jangan terlalu keras dalam bekerja, perhatikan waktu istirahatmu. Jangan membeli makanan sembarangan. Jangan terlalu sering memakan makanan cepat saji. Ada lagi tuan putri?" Sehun sudah hapal di luar kepala pesan yang akan Luhan lontarkan kepadanya jika ia bepergian tanpa Luhan. Makanya ia langsung memotong ucapan Luhan. Dan mengambil alih pengucapan pesan yang selalu ia dengar dari mulut istrinya.

Sehun berbicara dengan tangan sibuk menyetir dan mata yang fokus dengan jalanan. Di akhir kalimatnya ia menolehkan kepalanya ke samping kanan untuk melihat Luhan.

Terlihat Luhan sedang mengulum senyum mendengar penuturan suaminya yang sama persis intonasi dan gaya bicaranya dengannya ketika mengucapkannya.

"Aah, iya" Luhan seperti mengingat sesuatu. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat Sehun "Jangan melirik wanita manapun! Kalau kau berani melakukannya. Awas saja" ancamnya kepada Sehun.

Dedikasi Cinta (Hunhan GS) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang