55- Isi Hati Dirga

22.1K 2.1K 487
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Dengan penuh semangat, Kiara menyiapkan berbagai macam menu makan siang untuk sang suami. Perutnya yang mulai membuncit tidak sedikitpun menjadi penghalang untuk segala pergerakannya di dapur.

Dibantu oleh Bi Susi, siang ini Kiara menyiapkan hampir lima jenis menu makan siang yang semuanya merupakan makanan favorit Dirga.

Kiara menyiapkan semua ini tanpa alasan yang jelas, hanya karena tiba-tiba dia ingin melakukannya saja.

Lagipula sudah lama dia tidak keluar rumah, terkahir kali adalah ketika ia dan sang suami makan bakso bersama. Setelah itu Dirga kembali sibuk dengan pekerjaannya dan tidak pernah mengajaknya keluar lagi.

Maka hari ini ia akan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin. Selain bepergian keluar rumah, Kiara juga memanfaatkannya untuk quality time bersama Dirga dan calon buah hati mereka.

Usia kandungannya akan menginjak bulan ke-delapan minggu depan, dan Kiara sudah sangat tidak sabar untuk menantikan kelahiran malaikat kecilnya ini.

Sampai saat ini, baik Dirga maupun Kiara sama-sama tidak mengetahui jenis kelamin calon bayi mereka. Keduanya telah sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin si bayi dan membiarkannya menjadi sebuah kejutan di hari kelahiran nanti.

"Nyonya udah telepon Mas Dirga belum? Kasih kabar kalau Nyonya mau anterin makan siang ke kantor?" tanya Bi Susi yang sedang mengupas buah-buahan sebagai pelengkap makan siang Dirga nanti.

"Belum Bi"

"Kenapa belum? Nyonya kelupaan?"

Kiara menggeleng, "saya sengaja nggak kasih tau Dirga kalau mau bawain makan siang ke kantor, biar kejutan" Kiara tertawa kecil di akhir kalimatnya.

Wanita itu sedang membayangkan betapa terkejutnya Dirga ketika laki-laki itu mendapati dirinya berada di kantor dengan makan siang lezat untuknya.

"Waduh, Nyonya. Memangnya ndakpapa begitu? Apa Mas Dirga ndak marah nanti, kalau Nyonya pergi tanpa izin?" melihat ke-khawatiran dalam raut wajah wanita paruh baya yang selama ini membantunya di rumah Dirga, Kiara tersenyum manis.

"Enggak akan Bi, lagian saya kan perginya ke kantor Dirga, bukan ketempat lain. Perginya pun diantar Abdul, bukan naik taksi. Dirga nggak mungkin marah"

Bi Susi mengangguk saja, pasrah dengan keputusan sang Nyonya rumah.


 I WANT A BABY √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang