19- Perhatian

32.8K 2.2K 46
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dahi Kiara berkerut ketika mendapati Dirga duduk di meja makan dengan pakaian yang tidak seperti biasanya. Pagi ini suaminya itu memakai celana jeans hitam dan kaos polos yang dilapisi kemeja. Terlalu santai untuk ukuran seseorang yang akan pergi ke kantor.

Dirga sudah mulai menyantap sarapan paginya, Kiara pun melakukan hal yang sama. Sesekali wanita itu menatap suaminya, masih penasaran mengapa suaminya itu tidak memakai pakaian kantor seperti biasa. Padahal sekarang bukan weekend.

Dirga menyadari Kiara yang beberapa kali menatapnya. "Kenapa?" tanya-nya.

Kiara menggeleng.

"Jangan bohong Kiara, saya tau kamu dari tadi curi-curi pandang kesini"

"Eung, aku cuma penasaran aja"

"Penasaran kenapa?"

"Kamu gak ke kantor? Kok pakai baju kayak gitu?"

Dirga menatap pakaiannya sendiri, "memang baju saya kenapa? Ada yang salah?"

Kiara menggeleng, "tapi kan... Kalau ke kantor harusnya pakai jas?"

"Siapa bilang saya mau ke kantor?" tanya Dirga.

"Loh? Kamu gak ke kantor emangnya?"

Dirga menggeleng.

"Kenapa? Sekarang masih hari Rabu loh?"

"Kita belum ke dokter kandungan" jawab Dirga pelan.

"Hmm?"

Laki-laki itu menghela nafas, "maaf saya belum sempat bawa kamu ke dokter kandungan, untuk cek kondisi dia" katanya, sambil menunjuk perut datar Kiara dengan tatapannya.

Pandangan Kiara turun, menatap perut datarnya yang tertutup dress rumahan.

"Sekalian kita ke supermarket juga, beli susu hamil buat kamu" kata Dirga.

"Gak perlu repot-repot, lagian aku baik-baik aja kok"

Kiara kembali menikmati sarapan paginya. Entah kenapa pagi ini nafsu makannya sangat baik, berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

"Bukan masalah kamu baik-baik aja atau enggak, tapi periksa kondisi kandungan kamu ke dokter itu penting. Susu juga penting buat kandungan kamu" jelas laki-laki itu.

"Kamu kelihatan udah berpengalaman" Kiara terkikik geli dengan ucapannya barusan.

"Bukannya begitu. Tapi kamu tau kan, sejak awal saya sangat mengharapkan bayi itu?"

"Iya, aku tau. Itu juga kan alasan kita menikah?"

Dirga mengangguk, membenarkan ucapan Kiara, "iya"


 I WANT A BABY √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang