Tidak perlu belajar untuk mengerti cinta, karena sebuah rasa hadir tanpa disengaja. bahkan jika kita meminta belum tentu juga cinta itu menerima
Malam yang dingin hembusan angin semilir kota Jakarta yang semula panas menjadi dingin. Gadis cantik tengah duduk termenung di balkon kamarnya. Dia beralih menatap kamar Andre yang masih terang.
Pandangan Dea beralih menatap bintang yang paling terang diantara yang lainnya. Dea tersenyum lalu menemukan bintang kedua terterang, yang mengalihkan fokusnya pada bintang ketiga yang paling terang.
"Andai gue bisa jadi bintang paling terang yang saat ini sedang gue tatap" gumam Dea lirih
Kalau ditanya soal perasaan Dea juga masih ragu ke Andre akan perasaannya. Apakah memang dia menyukai Andre atau hanya perasaan kagum semata.
"Mungkin saat ini gue bakalan pastiin dulu perasaan gue, gue gak mau bikin lo jatuh cinta ke gue tapi nantinya gue yang gak cinta. Gue gak mau nyakitin perasaan orang lain termasuk lo" ujar Dea bermonolog
Angin berhembus menerpa kulit wajah gadis itu, membuat bulu kuduknya meremang kedinginan.
"Uhuk...uhuk..."
Dea memegang dadanya yang terasa sesak sampai membuatnya terbatuk-batuk, Dea memegang dadanya yang terasa sesak. Dia memutuskan untuk masuk ke kamar karena cuaca malam yang semakin larut semakin dingin.
Setelah menutup pintu balkon dan jendela kamar, Dea membuka laci nakas yang didalamnya terdapat obatnya.
"Uhuk...uhukk..."
Semakin lama batuknya semakin parah sampai mengeluarkan darah.
"Uhuk.. dimana sih?"
Tangannya masih mencari-cari dimana letak obatnya. Satu tangannya memegang dadanya yang semakin lama semakin sesak. Setelah mendapatkan obatnya dia langsung meminumnya tanpa perduli dia menelan bersama cairan merah yang sudah memenuhi mulutnya sejak tadi.
"Ya tuhan mengapa rasanya sakit banget?" lirihnya yang mulai mengeluarkan air mata.
Dia menangis bukan karena sakitnya, tapi dia menangis karena dia mengetahui bahwa umurnya sudah tidak akan lama lagi. Berat rasanya jika kita mengetahui akan meninggalkan orang yang sangat kita cintai. Dia baru merasakan kehangatan keluarga. Meskipun sebentar Dea tengah bersyukur banyak orang yang menyayanginya.
Jika bukan karena adik dan kakaknya mungkin dia sudah mulai memilih bunuh diri sejak dulu. Karena memang dia tidak tahan menahan rasa sakitnya.
"Huh..huh." Dea mencoba mengatur nafasnya, sehabis meminum obatnya lama-kelamaan rasa sakitnya itu memudar. Semudian dia bangkit dari lantai dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajah serta berkumur karena mulutnya yang mengeluarkan darah.
"Sampai kapan?" dia memandang wajahnya sendu. Terlihat jelas bahwa dia benar-benar lelah menahan rasa sakitnya. Tapi dia menyembunyikan dan memperlihatkan pada orang lain bahwa dia baik-baik saja dia tidak mau membuat sodaranya khawatir.
Dea menghela nafas panjang membasuh wajahnya, dan menggosok gigi. Lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur menatap tangit-langit kamarnya dengan pandangan sendu dan pikiran berkecamuk. Sebelum benar-benar tertidur.
"Selamat malam, mama, papa, kak Sean, Agam, Mas Andre" gumamnya
Andre yang sedari tadi memikirkan gadisnya berusaha menenangkan pikirannya, Andre yang membuka pintu balkon kamarnya kemudian keluar menatap kamar gadisnya dengan lampu yang sudah padam.
"Apa dia sudah tidur?" gumam Andre
Dia mengalihkan pandangannya ke atas langit, mendapati tiga bintang yang paling terang diantara yang lainnya dia tersenyum sangat tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GESPEROS (END)
Teen Fiction📌(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! KARENA SEBAGIAN PART DIPRIVAT) WARNING ❗🔞 ⚠️Banyak mengandung kata-kata kasar jadi bijaklah dalam membaca. Lima peluru sekaligus meluncur ke kaca mobil Dea, namun kembali terpantul kebelakang, Andre dan teman-tem...