Part 20. || BUKAN ANAK KANDUNG

104 29 4
                                    

Bagai di sambar petir disiang bolong

Dea menaiki tangga satu persatu untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dea menaiki tangga satu persatu untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Dia merebahkan dirinya sebentar di kasur Queen sizenya, lalu membuka aplikasi sosial medianya yaitu instagram.

Banyak sekali followers maupun hatersnya yang memberi pesan padanya. Tetapi tak satupun dari mereka yang mendapatkan balasan dari Dea.

Setelah menghabiskan waktu 15 menit dengan ponselnya, Dea bangun dan menyimpan ponselnya di atas nakas setelah itu bangkit untuk membersihkan diri ke kamar mandi.

Setelah 25 menit dia telah siao dengan pakaiannya. Dia menggenakan hoddie putih, lalu memakai celana jeans hitam, dan sepatu snekers putih senada dengan hoodie yang saat ini dia pakai, dengan membiarkan rambutnya di gerai.

Setelah siap dengan semuanya dia turun ke bawah kala dia melihat dari balkon kamarnya sudah ada yang memparkirkan motornya di halaman rumahnya.

Memang sebelumnya dia meminta ibram untuk menjemputnya. Ibram adalah tangan kanan Agam sahabat Dea juga. Yang memang di tugaskan di Jakarta.

"Lo cantik banget masa." Goda Ibram sambil tersenyum genit.

"Bacot! Udah cepetan sebelum Andre menyadari keberadaan lo di rumah gue." Balas Dea sesaat setelah naik ke atas motor Sport milik Ibram.

Ibram melajukan motornya keluar pekarangan rumah Dea dengan kecepatan sedang.

"Ngebut aja bram, jangan kaya siput lo! Ini udah jam Sembilan nanti ketinggalan yang seru-seru!" teriak Dea merasa geram kala Ibram melajukan motornya di bawah rata-rata.

Dibalik helm full facenya Ibram tersenyum geli kapan lagi dia bisa mengerjai Queen yang mala mini ia bonceng.

Dea merasa geram sendiri tat kala ucapannya tak di hiraukan oleh Ibram sedikitpun, Dea berusaha merendam amarahnya sesaat sebelum.

"STOPPP!!!" teriak Dea dengan badan mencondong ke depan, membuat Ibram spontan menghentikan motornya.

"KENAPA DE? ADA YANG JATOH? APA ADA YANG KETINGGALAN GITU?!" panik Ibram menatap mata Dea yang saat ini sudah turun dari motornya.

"Turun!" titah Dea pada Ibram yang mengerutkan keningnya bingung. Melihat Ibram yang tak kunjung turun dari atas motor kekesalan Dea memuncak ke ubun-ubun.

"TURUN IBRAM!!!" dengan intonasi tinggi di setiap katanya membuat Ibram buru-buru turun dari motornya.

"Loh, lo mau ap---?"

"Naik!" Ucapan Ibram terpotong oleh Dea yang menyuruhnya naik ke atas motor dengan gadis itu yang mengambil alih kemudi.

Setelah memastikan Ibram naik ke atas motor Dea buru-buru melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Ibram hampir saja terjengkang ke belakang. Bila saja tidak berpegangan di pundak gadis itu.

Dea terus menerus melajukan motornya dengan menambah kecepatan dan menyalip kendaraan-kendaraan yang menghalangi jalannya.

"ASTAGFIRULLAH!!! DEA TURUNIN KECEPATANNYA WOI!"

"MAK IBRAM BELUM KAWIN!"

"DEA STOP SE, HUEK... HUEK... DE GUE MABOK INI."

Pekikan demi pekikan dari Ibram tidak di dengarkan Dea. Dia hanya fokus pada jalanan yang ada di depannya. Tanpa menghiraukan Ibram yang sudah komat-kamit berdoa pada tuhan untuk meminta keselamatan.

"Astagfirullah Dea!!! AWAS DE!!! YA ALLAH JANTUNG GUE, AMPUN DE AMPUN!!!" pekikan Ibram kala semakin histeris nelihat Dea yang menyalip dua truk yang saling bersisihan. Bahkan kaca sepionnya sedikit menggores badan truk itu.

Melihat aksi Dea yang hampir membuatnya mati detik ini juga. Rasanya Ibram ingin menelan hidup-hidup.

***

"Huek... ahh... huekk... huek..."

"Lo lebay banget sih Bram!" sarkas Dea yang berhenti melihat Ibram memegang perutnya sambil berjongkok dengan satu tangan meremas perutnya yang terasa mual.

"Lebai pala lo! Gue sama sekali belum makan udah lo ajak makan angin. Mana pake olah raga jantung segala." Kesal Ibram pada Dea.

"Ya udah sih maafoiin. Lagian siapa suruh tadi ngerjain gue kayak gitu." Jawab Dea

"Heh disini tetap aja gue yang dirugiin." Ibram bersikeras meminta keadilan pada Dea membuat gadis itu memutas bola mata malas.

"Ok sebagai permintaan maaf nanti gue beliin pizza 2 box ukuran jumbo mau?" Tanya Dea

"Fine." Putusnya dengan senyuman lebar membuat Dea ingin menendangnya.

"Ya udah cepetan!" Dea menarik Ibram menuju tribun yang sudah di penuhi SA. Dia sedikit menundukkan kepalanya takut-takut ada yang mengenalinya disini.

"Widih De lo dateng juga." Girang azam saat melihat Dea yang berjalan ke mereka, mata remaja itu berbinar-binar menatap Dea.

Sedikit mengungkap sosok Dead an keluarganya. Dea Putri Darmawan anak pengusaha Sentra Crop yang memiliki dua saudara yaitu Sean Putra Darmawan dan kembarannya yang bernama Agam Putra Darmawan.

Sebenarnya itu bukan nama asli mereka, Putra Darmawan dan Putri Darmawan itu hanya nama marganya bernama Anton Darmawan dan Sinta Darmawan.

Nama asli Dea adalah Deatha Natalen Alston, dan nama kakaknya adalah Sean Aldwin Alston, sedangkan nama adik kembarnya adalah Agam Aldway Alston.

Flashback off

Di ruang keluarga di kediaman Darmawan.

"Mamah sama papah mau bicara sama kalian bertiga" ujar mamah Sinta serius

"mungkin ini akan sedikit membuat kalian bertiga terkejut." Tambah papah Anton

"langsung aja mah pah tudu poin." Ujar Sean mewaliki adik-adiknya yang langsung di angguki mereka.

"sebenarnya---" ujar mamah Sinta terpotong ucapan suaminya.

"Biar papah aja mah yang bicara sama mereka" Ujar papah Anton mengelus pundak Sinta.

"Sebenarnya kalian bertiga bukan anak kandung mamah sama papah." Ujar Anton menarik nafas panjang menghirup udara sebanyak-banyaknya guna menenangkan dirinya.

Duar!

Bagai di sambar petir disiang bolong


***

#22 SEPTEMBER 2021

#22 SEPTEMBER 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GESPEROS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang