Bab 18 (Slow Dancing in The Dark)

238 45 25
                                    

Tadaaaa.....

Sesuai janji aku akan upload begitu voment nya tercapai .

Untuk melanjutkan cerita ini aku minta 11 Vote aja kok, 

Terimakasih reader nim kesayangan, selamat membaca 

Semoga suka , ditunggu komennya juga ya ...

.................................................................................

Sepulang kerja Terry menyempatkan diri untuk mampir ke rumah yang sudah dipersiapkannya untuk kediaman sementara keluarga Gendhis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang kerja Terry menyempatkan diri untuk mampir ke rumah yang sudah dipersiapkannya untuk kediaman sementara keluarga Gendhis. Berulang kali Gendhis menolak bantuan ini, tapi Terry tetap bersikukuh. Daripada memunculkan keributan yang lebih panjang akhirnya Gendhis menurut saja, lagi pula ayahnya memang membutuhkan tempat yang nyaman setelah tiga tahun berada di dalam jeruji besi.

Mereka sekeluarga berniat stay di kota J hingga dua minggu setelah sidang putusan. Sekalian mumpung Aryo liburan semester 1. Dan ini sudah hari ke empat mereka di sini. Aryo sangat menikmati hari-harinya di Kota J, bagaimana tidak, anak itu nyaris tidak pernah keluar asrama. Yang dia tahu hanya teman-teman dan kegiatan sekolah dan asramanya itu saja.

Aryo sedang asyik berenang dengan bermacam gaya di kolam yang terletak di halaman belakang rumah itu ketika Terry datang membawa Pizza untuknya.Semalam mereka saling berkirim pesan dan Aryo akhirnya menitip pizza kesukaannya setelah tahu Terry akan datang sore ini. Dalam 4 hari ini mereka sudah menjadi sangat akrab, apalagi penyebabnya kalau bukan game.

"Abang!" Aryo melambaikan tangannya , Terry senang bukan main, akhirnya ada juga yang memanggil dia abang. Memang perannya selama ini di keluarga Sumanjaya menjadi bungsu gadungan dari Syeden, tapi tetap saja Syeden lebih tua darinya.

"Waaaa... beneran dibeliin, makasih ya!" Kata Aryo langsung nangkring di kursi menyantap Pizzanya dengan hikmat meskipun handuk basah masih nangkring di kepalanya.

"Om Sumartono ke mana?"

"Ketemu penerbit, katanya mau nulis buku gitu, eh kemarin papa juga banyak yang nawarin jadi dosen lho Bang"

"Oh ya, langsung laris manis gitu

"Nanyain papa melulu , aslinya mau nanyain Mbak Gendhis kan, orangnya di kamar tu, lagi browsing cari kerjaan"

"Oh ya?"

"Iya dari kemarin sibuk ngeprint CV CV gitu sambil browsing macam-macam, katanya mumpung internetnya kenceng, soalnya di rumah kontrakan di Kota Y belum dipasangin internet"

Hati Terry sedikit sedih mendengarnya, bagaimana pun selama ini Gendhis selalu menerima fasilitas kelas satu baik darinya mau pun Jehan dulu. Apakah Gendhis bisa menjalani hari-hari yang sederhana. Apakah harus hidup seperti itu jika Terry bisa menyediakan segalanya.

Terry berjalan ke dalam rumah, dia memang berniat mencari Gendhis untuk mengajaknya makan siang ke luar. Ternyata gadis itu memang sedang berada di ruang makan dan masih asik dengan laptopnya yang sepertinya meminjam milik Aryo.

My Boo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang