Tentang pertemuan dua insan yang kehidupannya seperti benang kusut. Akan kah persamaan membuat mereka memiliki kekuatan baru? Atau hanya akan menambah kerumitan baru?
Hai, aku double update minggu ini, tolong voment nya ya chinggu, gumawo
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka sampai di kawasan pembangunan perumahan mewah yang mangkrak pinggiran Kota J. Rumah-rumah besar tanpa penghuni, tanpa penerangan.
Sarang hantu.
Di depan ada pos penjaga, harusnya ada beberapa orang di sana yang dibayar untuk menjaga lahan ini. Tapi hari ini tidak Nampak, entah tidak berangkat kerja atau belum datang.
Terry memiliki kunci gerbangnya, dia melajukan sepeda motornya ke salah satu unit di antara puluhan rumah yang berjejer tanpa satupun penghuni manusia.
Kalau orang waras sih, nggak akan mau main ke tempat seperti ini. Kalau tidak berakhir dengan diperkosa, Gendhis pasti akan berakhir dibunuh. Tapi dia apergi bersama Terry yang entah memiliki pikiran apa.
Kalau aku dibunuh, itu lebih baik, biar semuanya cepat selesai
Ujar Gendhis dalam hati
"Kamu takut aku perkosa?" Ujar Terry tak tahu malu melihat mimik muka Gendhis yang matanya mengerjab karena disorot dengan senter HP Terry tiba-tiba.
Gendhis tidak menjawab, wajahnya dingin dan hanya menurut ketika Terry menggandengnya memasuki rumah kosong yang gelap itu.
"Kamu mau ngajak aku berburu hantu?" Akhirnya gadis itu bersuara.
Gendhis sempat mengaduh karena baru saja menyandung ember cat yang terserak. Rumah itu benar-benar terbengkalai dan belum usai digarap.
"Hahahhaa kamu punya sisi humor yang menarik, se enggaknya kalau kita ke sini nggak ada manusia –manusia yang bakal nggosipin kamu, kalau hantu-hantu ... ahhh siapa yang percaya hantu!"
"Ini rumah siapa?" Gendhis penasaran
"Sepanjang kompleks kosong ini proyek mangkrak keluargaku, gara-gara ketipu investor 7 tahun lalu, saking banyaknya usaha jadi nggak keurus, ya udah aku jadiin taman bermain kalau aku suntuk!" ujar Terry tenang
"Maksudnya?"
"Sini!" Kata Terry dengan nada bahagia
Terry menarik tangan Gendhis sampai ke halaman belakang rumah kosong itu.
Sinar rembulan sempurna menerangi tempat temaram itu. Terry mengambil sebuah senter besar sebelum dia mengajak Gendhis masuk kolam renang kosong. Perlahan mereka menuruni tangga, kemudian duduk di sofa tua yang berada di tengah –tengahnya.
"Duduk di sini!" Kata Terry meminta Gendhis duduk di sebelahnya, setelah menebah sofa yang kotor itu dengan tangannya, bermaksud agar tempat duduk itu lebih bersih , meskipun tidak berpengaruh apapun.
Tapi bagaikan terhipnotis, Gendhis menurut saja membuat Terry tersenyum.
"Lihat ya!" Terry menyorot salah satu sisi tembok kolam di depannya, Gendhis tersikap