Tentang pertemuan dua insan yang kehidupannya seperti benang kusut. Akan kah persamaan membuat mereka memiliki kekuatan baru? Atau hanya akan menambah kerumitan baru?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa detik mereka saling menatap. Dunia serasa berhenti untuk keduanya. Dua orang yang pernah bersama selama bertahun-tahun dengan berbagai kisah manis dan pahit masa muda yang berakhir dengan perpisahan yang bisa dibilang tragi situ pun akhirnya bertemu.
"Jehan ..." Gendhis lah yang pertama memecah kesunyian karena Jehan masih terpukau dengan apa yang dilihatnya. Seseorang yang masih sangat berarti dan dinanti-nantikannya.
"G ... Gendhis, aku bisa minta tukar kursi kalau kamu keberatan" Jehan masih cukup waras untuk mengingat perjanjiannya dengan Terry dan kemungkinan bahwa Gendhis memiliki trauma khusus kepadanya, mengingat masa lalu mereka yang cukup kelam.
"Nggak, nggak papa, I'm fine Je"
"Sungguh?"
"Sungguh, duduk saja di sini" Jawab Gendhis sambil tersenyum hangat, hanya keberuntungan yang membuat Jehan tidak pingsan atau kepalanya meledak, dan tubuhnya meleleh saat itu juga.
Mereka masih saling diam ketika pesawat take off, sedari tadi hanya suara dari pramugari memperagakan ini dan itu yang terdengar.
Jehan duduk di dekat jendela, dia bisa saja mengalihkan pandangannya keluar namun tidak bisa.
"Apa kabarmu Je?" Gendhis kembali memecah suasana
"Aku baik, apa kamu sehat?" Tanya Jehan hati-hati , Gendhis menoleh dan menyambut tatapannya, kemudian mengangguk.
"Gendhis, aku minta maaf" Kata laki-laki pemurung itu tiba-tiba membuat Gendhis menghela nafas
"Huduplah dengan baik Je, maka aku akan memaafkanmu" Jawabnya bijak
"Bisakah kita ..."
"Tidak" Bahkan sebelum Jehan menyelesaikan kalimatnya Gendhis sudah mengatakan tidak.
"Bahkan aku belum selesai Ndhis "
"Tidak akan ada lagi kata kita Je, aku berterimakasih untuk semua kebaikan yang pernah aku rasakan, tapi ... aku menolak kemungkinan untuk kita saling mengenal lagi untuk apapun"
"Kenapa? Kamu masih takut? Atau Terry ..."
"Tidak Je, jangan libatkan dia, realitas kita sudah selesai, saat aku memutuskan pergi dari kamu malam itu, aku hanya akan membuatmu menjadi gila sampai bukan manusia, itu bukan kasih sayang Je, itu kegilaan, aku tidak mau menjadi trigger untuk semua ini, maka hiduplah dengan baik, tanpa aku, just forget me"
"I can't , kamu tahu aku nggak akan bisa"
"Aku serahkan lagi kepadamu, bukankah semuah hubungan apapun bentuknya harus mendapat persetujuan kedua pihak, dan kali ini aku bicara untuk menyelesaikan semuanya, ini kali terakhirnya kita bicara seperti dua orang yang saling mengenal" Gendhis mengatakannya dengan mantap, semantara Jehan termangu tidak berdaya.