BAB 13 (Kick It)

236 41 6
                                    

Terry melihat mobil Jehan yang keluar dengan terburu-buru dari kediaman Sumanjaya. Dia segera bergegas ke parkiran untuk menyusul mereka. Sebelumnya dia perlu menelepon Gianna terlebih dahulu untuk menanyakan progress yang dilakukan gadis itu.

"Hallo Gi, gimana?"

"Udah 70 persen kedownload , nanti kalau udah selesai langsung aku kirim ke kamu!" Jawab Gianna yang kini berada di ruang kerjanya

"Andres, Mina, Yuga udah di sana?" Terry memastikan kalau ketiga temannya yang lain sudah menjalankan misi sesuai rencana.

"Mereka udah jalan 30 menit yang lalu, harusnya sih udah sampai"

"Jehan sama Gendhis barusan jalan"

"Oke good luck!"

Gianna memutus sambungan, Terry memintanya untuk mendownload rekaman CCTV yang ada di rumah Jehan, Terry akan menggunakannya sebagai bukti bahwa Jehan sudah melakukan banyak kekerasan fisik kepada Gendhis. Sementara tiga orang temannya yang lain berjaga di rumah di mana Jehan menawan Gendhis selama ini.

Terry bergegas menuju mobilnya, namun sial mobilnya tidak bisa keluar karena tertutup mobil-mobil para tamu yang belum pulang. Terry sempat mengumpat kesal, tapi tidak ada waktu untuk marah. Dia melihat mobil milik Syeden di urutan terdepan dan tak terhalang apapun. Terry segera menuju ke dalam dan menemui sepupunya itu untuk bertukar mobil.

..............................

BRAKKK!

AGRRRHHHH...

Penjaga yang berbadan besar itu mengerang kesakitan ketikan bantingan mina berhasil melumpuhkannya. Dia cukup sakit hati dan miris dikalahkan seseorang yang badannya hanya 1 per lima dari besar tubuh laki-laki garang itu. Tapi begitulah prinsip Judo yang telah dipejari Mina sejak SD, bahwa emosi, tenaga, dan kekuatan lawanmu merupakan senjata untuk menjatuhkannya. Dengan teknik tominangik andalannya, penjaga super besar itu dia kalahkan begitu saja dan tidak bisa berkutik lagi.

Rumah Jehan sudah porak porandan sejak beberapa menit yang lalu. Kalau Mina berhasil mengalahkan Si Tubuh besar dengan teknik sederhana dan efektif, berbeda lagi dengan Andress. Laki-laki itu tampak santai dan menikmati pertandingan dengan lawannya. Bukannya menyelesaikan dengan cepat, Andres seolah-olah memang sedang ingin berolahraga dengan mengulur waktunya bermain-main dengan body guard Jehan yang tinggi menjulang dan dua orang lagi yang bertubuh sedang. Bukannya Andres tidak bisa mengalahkan mereka dengan cepat, tapi memang tujuannya ke sini adalah untuk tarung bebas.

BRAAAAAKKKKKK BRAAAAK

Mina terengah-engah setelah melumpuhkan salah satu orang yang berhadapan dengan Andress.

"MINA! INI JATAHKU!" kata Andres kesal ketika Mina justru menumbangkan lawannya.

"KAMU INI GILA ATAU APA! CEPETAN!" Sahut Mina meneriaki Andres sambil menyeret dua orang yang sudah tidak berdaya.

"Hash!" Dengan kesal Andres menyelesaikan permainannya.

Lalu? Apakah yang dilakukan Yuga? Pemuda tampan anak jendral polisi itu bahkan memiliki kemampuan beadiri yang lebih rendah dari Syeden. Tapi dia memiliki keunggulan lain ; Negosiasi.

"Nhaaa... sekarang embak-embak duduk di sini aja, duduknya yang enak mbak, nggak usah takut, sini kasih saya KTP nya!" Katanya santai sambil mendudukan dua pembantu rumah tangga Jehan di sofa yang tidak jauh dari tempat Andres dan Mina membantai para bodyguard.

Dua perempuan polo situ masih ketakutan dan kebingungan, sementara Yuga dengan tenangnya memfoto KTP Mereka dan mendata semua nomor telepon dari bodyguard-bodyguard Jehan melalui informasi dari keduanya, Yuga benar-benar sedang memainkan perannya sebagai petugas sensus kelurahan.

Andres dan Mina bekerjasama menyatukan kelima bodyguard yang sudah loyo itu untuk berkumpul dekat kedua asisten rumahtangga tadi. Dengan usil Yuga sempat memotret mereka layaknya sebuah foto keluarga.

"Nha... mas-mas, embak embak semua, terimakasih sudah berkumpul, saya sudah catat semua datanya, setelah ini, mbak sama mas semuanya pulang, jangan kerja lagi sama Jehan, gajinya dikit. Nanti ada yang transfer ke rekening masing-masing, jangan takut kehilangan kerjaan, gampang nanti saya kasih, enak kan?" Kata pemuda tampan itu mencoba melawak karena orang-orang di depannya menatapnya ngeri dan tegang.

Enak Gudulmu!

"Cepetan malah bacot!" Lagi-lagi Mina tidak sabar dengan perilaku kedua temannya itu.

"Kenapa sih Min, santai donk!" Ucap Andres sambil menebuk bahu Mina yang cemberut.

Yuga terkekeh melihat kedua temannya kemudian melanjutkan pidato.

"Oh iya, mbak sama mas nggak perlu aneh-aneh, pokoknya nurut aja apa kata saya, pasti selamat semuanya, oke biar saya cek dulu datanya ... satu ... dua.. tiga..."

Yuga masih menikmati perannya sebagai petugas sensus kelurahan hingga dia menyadari sesuatu.

"Lho kok ini kurang satu orangnya!" Kata Yuga panik memandang semua orang

"Yang nggak ada Pak Rahman mas, kayaknya tadi lari, tapi dia kepercayaan Pak Jehan sih" Kata salah satu bodyguard

"SHIT! APA AKU BILANG! JANGAN MAIN-MAIN!" Mina menyalahkan Andres dan Yuga, dia sadar pasti yang namanya Rahman itu sudah lari dan melapor kepada Jehan saat ini, membuat rencana mereka berantakan.

"Udah Mina, tenang donk, aku telepon Terry sekarang." Andres mencoba menenangkan

..............................

"Ya, Rahman, kenapa?"

"Pak, kayaknya bapak dan Mbak Gendhis jangan pulang ke rumah dulu!" Jawab orang yang diseberang takut-takut.

"Kenapa?" Jehan menjawab tanpa mengalihkan tatapannya pada Gendhis.

"Rumah diserang Pak, saya berhasil kabur"

"Siapa?"

"Itu pak, anak pak kepala polisi sama temen-temennya"

"Oke !"

Jehan semakin sengit menatap Gendhis dengan tatapan iblisnya,

"Jadi itu maksud kamu mau lapor ke polisi? Kamu pikir Terry sama gerombolan busuknya itu bisa ambil kamu dari aku, Ndis? ENGGAK!! Dasar Bangsat!"

BUG

Satu bukulan berhasil membuat hidung Gendhis mengucurkan darah. Gendhis hanya diam tidak menangis atau pun menjerit. Dia hanya menatap Jehan dengan tajam. Hatinya sangat sakit.

Mengapa pria yang pernah sangat dicintainya itu berubah menjadi monster yang mengerikan dari hari ke hari.

Sejak kapan?

Jehan kembali ke kursi kemudi dan berputar arah.

........

Terry menyetir dengan ugal ugalan ketika menerima telepon dari Andres,

"Terry! Gendhis nggak dibawa ke sini, kita ketahuan!" Kata Andres dari seberang

"Apa??? SIAL!" Terry memukul setir mobil milik Syeden dengan kesal setelah menerima telepon dari Andres , kini dia memutar otaknya untuk memikirkan sesuatu. Dihubunginya Syeden.

"Abang, di mana?"

"Habis anter Tria, kenapa? Udah beres?" Jawab Syeden masih tenang-tenang

"Bang tolong nyalain GPS yang aku udah setting di mobilku, terus share real time locationnya ke aku"

"Apa an sih?" Syeden masih kebingungan

"Udah CEPETAN!!!" Terry mulai memuncak emosinya

"Iya sabar..."

Tak seberapa lama muncul titik di HP Terry.

Sabar Gendhis, aku aku akan segera datang

.................

Whua capek ngetiknya, hahahhaha padahal Cuma dikit, pemanasan dulu yaaa...

Minta voment nya donk reader nim, gumawo

Ini pertama kalinya aku nulis adegan action, hehehe maaf ya kalau agak aneh. Aku akan terus berlatih.

My Boo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang