"Hehehe, sore om!" Ucap Clarissa sopan.
Clarissa menatap semua pria itu satu per satu. Tidak ada satu pun dari mereka yang membalas sapaannya. Mereka hanya terus memperhatikan Clarissa dengan tatapan bingung yang perlahan-lahan berubah menjadi tatapan tidak suka.
"Gak mau diajak masuk dulu nih om? Pegel tau kaki saya berdiri di sini terus"
"Mau ngapain ke sini?" Tanya salah satu anggota Daksa yang mengenakan kaos putih, celana levis, dan jaket hitam yang bertuliskan Daksa. Dia adalah Langit, wakil ketua dari Daksa.
"Gue mau ribut sama lo. Enggak, gue becanda, jangan gila lo! Gue mau ketemu sama si Sakti, ada gak?" Jawab Clarissa. Meskipun kini kakinya sudah terasa lemas, tapi ia tetap berusaha terlihat kuat di sana. Ia tidak ingin memperlihatkan kepada mereka bahwa ia sedang merasa ketakutan saat ini.
"Sakti yang mana?" Tanya Langit lagi.
"Lahh emang ada berapa Sakti di sini?"
"Banyak." Jawabnya singkat.
"Ketua lo...mungkin." Ucap Clarissa tidak yakin.
"Gak ada, dia lagi gak bisa diganggu. Mending lo pergi dari sini, sana!" Sebenarnya bukan sedang tidak bisa diganggu, tetapi Sakti sedang menerima telepon dari ayahnya di lantai 2. Langit sengaja berbohong karena ia tidak ingin ada keributan lagi. Ia mengetahui bahwa gadis yang ada dihadapannya saat ini adalah Clarissa, orang yang telah menolak ketuanya demi Regan.
"Halah banyak bacot lo." Clarissa tidak mempercayai ucapan Langit. Lagian orang seperti Sakti mana bisa sibuk?
"SAKTI ADRA DINATA KELUAR LO AJG!" Clarissa berteriak sekencang-kencangnya.
"Ajg lo maunya apa sih? Udah gue bilang kalau Sakti gak bisa diganggu." Langit berdiri dan menghampiri Clarissa dengan perasaan marah. Bisa-bisanya gadis seperti Clarissa mempunyai keberanian untuk membantahnya.
"Udah gue bilang kan kalo gue mau ketemu si Sakti. Telinga lo ada di mana bangsat?" Clarissa menatap Langit dengan tatapan tajam.
"Kenapa ribut-ribut?" Terdengar suara dari seorang pemuda yang sedang menuruni tangga. Ya, dia adalah Sakti Adra Dinata, orang yang dicari oleh Clarissa.
Clarissa mengalihkan pandangannya kepada Sakti yang sedang berjalan menghampirinya.
"Punya nyali juga lo, buat dateng ke tempat ini. Mau ngapain, ha? Mau ngajak war?" Sakti tertawa remeh melihat gadis yang kini ia benci berada di hadapannya.
Clarissa berjalan ke arah Sakti yang berada di samping Langit. "Akhirnya dateng juga, lo. Bisa bicara bentar? Berdua doang?"
Clarissa pikir bahwa Sakti akan menolak ajakannya, tapi ternyata ia salah.
"Ayo! Mau di mana? Di kamar?" Sakti melipat tangannya di depan dada.
"Ajg pikiran lo. Ke tempat yang bagusan dikit lah, ke taman atau ke cafe kek. Ini malah ngajak ke kamar, gak ada bagus-bagusnya banget." Protes Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Clarissa
FantasyIni akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembully oleh teman-temannya. Enggak pinter bikin deskripsi kayak gini:( Saya malas revisi ya gaess ya WA...