44.

83.6K 10.1K 1.7K
                                    

Kreett

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kreett

Pintu ruangan Axelia di buka oleh seseorang. Axelia melihat ke arah sumber suara. Di sana ia bisa melihat Lukman dan Wulan. Mereka adalah orang tua kandung Axelia.

Axelia memalingkan wajahnya malas. Ia pikir orang tuanya telah lupa dengan dirinya. Karena mereka baru datang setelah Axelia terbangun selama satu hari.

"Udah bangun kamu?" tanya Lukman ketus.

"Hm." Axelia hanya menjawab dengan deheman saja.

"Baguslah. Akhirnya kamu bisa pulang dan tidak menghambur-hamburkan uang saya lagi." Lukman tersenyum sinis.

"Mama menemukan tabungan kamu di kamar kamu. Jadi, mama pakai itu dulu untuk membayar biaya kamu sebagian, karena uangnya tidak cukup. Untuk sisanya, sebisa mungkin kamu kembalikan, ya!" ucap Wulan.

Dengan sekuat tenaga Axelia menahan air matanya agar tidak keluar. Kini dadanya sudah terasa sesak, tenggorokannya pun terasa sangat sakit. Ia sangat ingin sekali berteriak sambil menangis. Namun, sayang sekali ia tidak dapat melakukan hal itu.

"Y-ya nanti aku usahain buat ganti uangnya," ucap Axelia serak.

"Oiya, maaf juga baru bisa ke sini. Kerena kita harus mengurus usaha kita yang sudah hancur karena kamu," ucap Wulan dengan nada yang sangat tidak ramah. Ia memanglah ibu kandungnya. Namun, menurut Axelia, Wulan itu seperti ibu tiri yang sering ia lihat di film-film waktu ia kecil. Axelia tidak menemukan sisi hangat dari Wulan, semenjak ia mendapatkan rangking 2. Begitupun dengan ayahnya.

"Gak ke sini juga gak papa. Emang siapa aku?" Axelia tertawa hambar.

"Ya benar kata kamu, harusnya saya tidak perlu datang ke sini. Kamu hanyalah anak pembawa sial di keluarga saya." Lukman menatap Axelia dengan tatapan benci.

"Anak pembawa sial," ulang Axelia. "Ya, itu emang cocok buat aku. Makasih, julukannya bagus."

"Dasar anak bodoh." Lukman berdecih.

"Terima kasih. Tapi ...." Axelia menjeda ucapannya. "Tapi jika kalian ke sini hanya untuk membicarakan soal biaya yang harus saya ganti dan menghina saya, sebaiknya kalian pergi. Kita bisa membicarakan hal ini di rumah, bukan? Apakah pantas untuk membicarakan soal hutang di rumah sakit? Ataukah anda mencemaskan saya akan kabur dan tidak bertanggungjawab atas semua itu? Ohhh, anda tenang saja. Saya tidak akan melakukan hal itu. Saya akan berusaha untuk melunasi hutang itu secepat mungkin. Jadi, silahkan anda pergi dari sini! Tau, kan pintu keluar ada di sebelah mana?"

"DASAR ANAK KURANG AJAR. BERANI-BERANINYA KAMU BERBICARA SEPERTI ITU KEPADA ORANG TUA KAMU YANG SUDAH MERELAKAN SEGALANYA DEMI PENGOBATAN KAMU. AP—" Axelia menatap Lukman dan Wulan dengan tajam. Lalu ia memotong ucapan Lukman.

"Orang tua anda bilang?" Satu tetes air mata berhasil keluar dari mata indah Axelia.

"YA, MEMANG KENAPA? ADA YANG SALAH DENGAN HAL ITU?" marah Lukman.

I'm Not Clarissa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang