●21● SIUMAN

5.7K 720 47
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini sebelum membaca part ini dengan cara pencet tombol bintang yang ada di bawah ya. Jangan sampai lupa, karena vote kalian termasuk semangat buat aku <3

Happy Reading <3

Sudah dua hari Rava belum memberi tanda kapan ia akan siuman. Dan dua hari itu pula membuat Syasa yang biasanya ceria dan aktif dimana pun itu sekarang berubah menjadi cewek yang diam dan murung. Hal itu membuat abang dan semua yang menyayanginya sedih melihat perubahan Syasa.

"Sya mau cokelat?"ucap Satriya memberikan sebatang silverqueen kepada Syasa.

Syasa tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya. "Makasih bang."

Satriya dan yang lain mendesah pelan melihat tak ada tatapan penuh binar dan senyum tulus dari gadis itu.

"Jangan sedih terus Sya. Ingat, ini bukan salah lo. Kita semua disini juga berdoa agar Rava cepet sadar. Kita juga kangen sama si bos ya walau kadang nyebelin tapi kita semua juga merasa kehilangan dia. Kita juga sedih lihat lo sedih. Lihat abang lo, bahkan dia gak ada canda tawa kan saat ini, kita juga begitu. Sekarang makan dulu ya,"ucap David menasihati adik temannya itu yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

Syasa memandang abang dan para sahabat abangnya itu dengan mata yang berkaca-kaca. "T-tapi kejadian saat Rava ketembak gara-gara ngelindungi Syasa hiks masih terekam jelas bang."

Fergi, David, dan Enzi diam mendengarkan kata setiap kata dari mulut Syasa.

Satriya menarik Syasa kedalam pelukannya dan memberikan pelukan hangat seperti abang-abangnya yang lain. "Sttt Syasa pasti bisa lupain kejadian itu. Anggap aja itu musibah bukan karena Syasa ya."

"Udah dong nangisnya. Tuh lihat pipinya merah semua kayak tomat,"goda Fergi membuat Syasa berhenti menangis walau masih sesegukan.

"Laper,"ucap Syasa menatap makanan yang ada di depan David.

David dan yang lain terkekeh melihat tingkah Syasa. "Sini gue suapin mumpung gue lagi baik hati dan tidak sombong."

"No. Bang Enzi,"panggil Syasa dan menatap Enzi. Enzi yang paham arti tatapan adiknya pun tersenyum lembut karena ia senang adiknya mau makan.

Oh iya, saat ini Syasa dan yang lain masih ada di sekolah. Sebenarnya Syasa sangat malas untuk pergi ke sekolah apalagi ia akan bertemu dengan kakak kelasnya yang bahkan tak ingin ia lihat mukanya.

"Sya,"panggil seseorang yang suaranya sangat ia kenali.

Syasa hanya diam dengam pandangan menatap makanannya.

"Gue mau bicara sebentar sama lo,"ucapnya lagi.

"Sorry waktu gue terlalu berharga buat manusia kayak lo,"jawab Syasa menahan emosinya karena setiap ada dia maka semua kejadian itu membuat Syasa mengingatnya kembali.

"Sya tapi gue--"

BRAK

"GUE DAH BILANG KAN JANGAN TEMUIN GUE DENGAN ALASAN APAPUN ITU. GUE ENEK LIHAT MUKA LO KAK. PERGI DARI SINI GUE GAK BUTUH APA ALASAN LO KETEMU GUE ,"bentak Syasa dengan tatapan yang menyiratkan akan kebencian.

Ruli menangis melihat tatapan penuh kebencian dari seseorang yang ternyata sudah ikut adil dalam pendonoran ginjalnya.

"Mending lo pergi. Jangan sampai lo rusak mood adek gue lagi,"ucap Kenzo mengusir Ruli.

"Pliss gue cuma--"

"Lo paham bahasa manusia kan?"ucap Anji yang mulai gedek dengan keras kepalanya Ruli.

PRETTY SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang