●08●TAWURAN

10.8K 1K 57
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini ya-!!! Jangan sampai lupa nanti ku betot satu-satu:)

Happy Reading <3

Hari semakin siang semakin banyak anak-anak yang enggan keluar dari kelas dan memilih tidur di kelas sambil menunggu waktu pulang. Kecuali Syasa yang ingin ke toilet dan di temani oleh Halen.

"Sya, lo dengar sesuatu gak?"tanya Halen pelan.

Syasa diam sejenak lalu mengangguk. Suara itu terdengar dari ruang olahraga dekat dengan toilet yang sudah lama tak terpakai.

"Masak ada hantu di siang bolong gini?"ucap Halen rada-rada takut.

"Bukan hantu itu,"ucap Syasa dengan muka seriusnya membuat Halen bertambah takut.

"Terus?"tanya Halen meminta jawaban.

"Anak werok,"jawab Syasa sambil menahan tawa karena perubahan muka teman satunya itu.

"Gue penasaran. Yok dekatin,"ucap Halen.

Syasa dan Halen pun mendekati ruang yang mereka rasa ada suara-suara aneh. Saat sampai disana mereka diam dan mencari tempat untuk bersembunyi.

Syasa dan Halen saling tatap dengan muka bingungnya.

"Gue gak mau tahu, lo harus bisa singkirin adeknya Enzi. Kalau perlu lo singkirin semua yang bisa menghalangi gue untuk dapatin harta keluarga mereka,"ucap cewek yang membelakangi mereka.

Cari mati dia batin Syasa sambil merekam ucapan dua orang itu.

"Lo kira gue bisa nyakitin cewek yang dari pertama mengambil perhatian gue?"ucap cowok itu terkekeh sinis.

Kayak kenal suaranya batin Syasa dan Halen saling pandang dengan muka bingungnya.

"Lo juga kena pelet tu bocah? Lemah,"ucap cewek itu.

"Lo beda sama tu cewek. Dia cantik, polos, dan menggemaskan. Yang pasti dia gak murahan kayak lo yang udah di jadiin gelas bergilir sama hidung belang di luar sana,"ucapnya membuat Syasa dan Halen menahan tawa.

"Sialan lo. Jaga mulut lo, gue gak murahan bangsat,"ucap cewek itu marah.

"Gak murahan? Terus yang kerja di club sebagai wanita penghibur dengan tarif termahal itu bukan lo? Perlu lo tahu club itu milik keluarga gue. Gue udah sering lihat lo bareng om-om bego,"ucap cowok itu.

"Kalau lo gak mau bantu gue gak masalah, gue masih banyak cara buat singkirin mereka,"ucap cewek itu.

Tanpa sepatah kata pun cewek itu pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan malu. Malu karena ada anak Akalister yang mengetahui aibnya ini.

"Bang Rio, kak Ruli,"beo Syasa terkejut dan Halen pun tak kalah terkejutnya.

"Keluar dulu,"ucap Halen menyuruh Syasa keluar dari ruangan ini bersamanya.

Sesampainya mereka di luar ruangan, Syasa menyetel kembali rekaman tadi. Hal itu cukup membuat Halen heboh karena ia pun tak berpikir untuk merekam sebagai bukti jika sewaktu-waktu di perlukan. Namun ternyata temannya ini lebih gesit darinya.

PRETTY SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang