●14●TAHU?

7.4K 909 59
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini dengan cara pencet tombol bintang yang ada di bawah ya-!!! Jangan sampai lupa <3


Happy Reading <3

Setelah ketahuan bolos bersama, Syasa di suruh mengikuti abangnya Enzi menuju rooftop.

"Kok ke rooftop?"tanya Syasa bingung.

"Ada yang harus kamu hibur biar gak marah lagi,"jawab Enzi membuat Syasa menatapnya bingung.

Enzi terkekeh kecil melihat muka bingung menggemaskan adiknya itu.

"Lihat di ujung sana,"suruh Enzi menunjuk seseorang yang sedang menghirup rokok dengan tatapan kosongnya.

"Rava? Rava suka ngerokok ya bang?"tanya Syasa kepada Enzi.

"Bukan suka tapi dia ngerokok buat menenangkan dirinya karena lagi cemburu,"ucap Enzi melirik adiknya yang ternyata sudah menatap Rava dengan tatapan tak sukanya.

"Gak bisa di biarin,"ucap Syasa langsung menghampiri Rava dan membuang puntung rokok yang sedang di hisap oleh Rava.

Rava tersentak kaget dan hampir saja membentak cewek yang ada di depannya yang sedang menatapnya tajam namun terlihat lucu di matanya.

"Apa? Mau marah? Marah aja,"ucap Syasa yang tau akan pikiran Rava.

Rava hanya diam menatap Syasa datar membuat Syasa menaikkan satu alisnya karena tatapan yang Rava berikan.

"Kenapa diam?"tanya Syasa.

"Dia lagi marah Sya,"jawab Satriya yang ternyata ada disana juga bersama yang lain.

"Marah kenapa? Sama siapa?"tanya Syasa bingung.

"Marah sama adeknya Enzi gara-gara deket sama ketos,"jawab David sambil memainkan ponselnya.

"Adeknya bang Enzi berarti Syasa dong?"tanyanya lagi dan diangguki mereka.

Syasa menatap Rava yang ternyata juga sedang menatapnya. Syasa memiringkan kepalanya lucu membuat Rava harus mati-matian agar tidak tersenyum melihat tingkahnya.

"Emang kenapa kalau Syasa dekat sama bang Rio?"tanyanya membuat Rava kembali mendatarkan mukanya.

Enzi dan yang lain hanya menepuk dahinya pelan melihat kepolosan dan ketidak pekaan Syasa. Namun semua itu hanya berjalan sebentar karena tak lama dari itu Syasa tertawa membuat yang lain menatapnya aneh termasuk Rava.

"Jangan tatap Syasa kayak gitu. Sepolos-polosnya Syasa bagi kalian, Syasa gak bodoh sama tatapan Rava selama ini. Syasa bisa menilai mana tatapan seorang kakak ke adiknya dan mana tatapan seorang laki-laki untuk ceweknya. Syasa cuma masih ragu. Yang terpenting Syasa juga tau perasaan Rava ke Syasa lebih dari itu. Kalau Rava serius, Syasa cuma butuh pembuktian,"ucap Syasa membuat mereka semua melongo karena baru kali ini mereka melihat sisi lain Syasa.

"Mulai kapan?"tanya Rava menatap Syasa dalam.

"Apanya?"tanya Syasa.

"Mulai kapan kamu sadar?"tanya Rava yang sebenarnya sudah ingin berteriak kegirangan.

"Syasa juga gak tau,"jawab Syasa tersenyum.

"Adek lo bener-bener gak bisa di tebak Zi,"ucap Satriya yang tak habis pikir dengan yang ia dengar tadi.

"Gue juga kaget,"gumamnya.

Tiba-tiba Enzi dan yang lain pun pamit untuk ke kantin duluan meninggalkan Syasa dan Rava sendiri.

"Sya,"panggil Rava melirik Syasa yang sedang menikmati pemandangan dari atas rooftopnya.

"Ya?"jawabnya tanpa menoleh ke Rava.

PRETTY SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang