part.22

195 14 0
                                    

Rena dan Chaca sedang berada di depan tampa memperdulikan keberadaannya

Mereka tertawa dengan lepas seperti tak ada masalah yang menghampiri keduanya

Gadis itu hanya bisa tersenyum dengan masam mengingat atas semua yang telah ia berikan pada mereka

Itu memang salahnya dari awal,dan ini semua adalah yang terbaik untuk mereka serta dirinya

"Tipuan yang paling menyakitkan adalah kejamnya kehidupan"batin Asya menatap ke arah buku di tangan kanannya

Spiker kelas berbunyi dengan sangat keras pada seluruh penjuru di sekolah

"Harap seluruh murid keluar dan menuju aula sekolah dengan secepat mungkin"ucap seseorang dari balik spiker

Asya berhenti membaca buku di hadapannya lalu mulai menatap ke arah luar dimana para murid sedang berjalan atau berlari menuju aula sekolah

"Oke baik anak-anak kalian ke aula terlebih dahulu lalu kembali ke kelas jika sudah selesai" ucap guru mapel yang sedang mengajar disana

Seluruh murid mengikuti instruksi yang di berikan oleh guru lalu berdiri dari tempat duduknya untuk berjalan keluar

"Ven ayok ke aula"ucap Rena memegang tangan Vena dengan lembut

Asya melirik sebentar ke arah itu sedikit rasa sakit yang di terma hatinya saat melihat pemandangan di depan mata

Tapi kini bukan waktunya untuk merasakan sakit ataupun sedih secara bersamaan

Chaca tersenyum melihat Asya memeluknya Lalu mengandeng lengan gadis itu untuk do ajak ke luar

"Yuk ke luar"ajal Chaca dengan senyum yang mengembang

Asya melepaskan tangan Chaca dari lengannya secara pelan berusaha untuk tidak melukai Chaca lebih dalam

Asya meninggalkan mereka bertiga disana tampa menoleh bahkan berbicara sedikitpun

Gadis itu berjalan dengan cepat menuju aula yang sudah di perintahkan tadi

"Ck. Emang ya das..."Ucap Rena tertahan saat Vena menutup mulutnya

"Ga usah berkoar ntar ke samber api batu kapok"ucap Vena menarik tangan ke dua orang di sana dengan cepat

Aula sekolah beralas tikar karpet yang mengharuskan mereka untuk melepaskan sepatu agar tak mengotori lantai

Para murid duduk di bawah dengan acak tak beraturan untuk bisa menyatukan antara murid A-D

"Kak Asya!"teriak seseorang dari belakang menghampiri Asya untuk duduk di sebelahnya

Dia Zaylan seorang yang masih mau bertahan dengannya, laki-laki itu tertawa dengan pelan saat Asya melotot dengan suara Zaylan yang besar

"Maf,maaf ga tau hehe"ucapnya menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Syutt udah diam liat di depan"tegur Asya memperhatikan pemandu acara berbicara di depan aula

Zaylan menutup mulut dengan menggigitnya lalu mengikuti perkataan Asya barusan untuk menoleh menghadap depan

Seluruh murid memperhatikan ke arah depan tampa kata karna pemimpin perkumpulan sekarang adalah kepala sekolah yang sangat di takuti

Tak terasa sudah 25 menit mereka berkumpul membicarakan ujian akhir atau UN untuk anak 12

Isi dari perkataan pak kepala sekolah hanya sebuah perkataan yang membuat para murid untuk taat dan meminta restu dari kedua orang tua agar di di berikan restu untuk melaksanakan ujian

Setelah berakhir para murid membubarkan diri mereka untuk masuk ke dalam kelas masing-masing

Tapi saat keluar dari aula Asya tak dapat menemukan dimana letak sepatunya sekarang

"Perasaan di sini kok ga ada?" Batin Asya mencari dimana letak sepatunya berasal

Asya berjongkok, berkeliling bahkan berjinjit untuk mencari dimana letak sepatunya tinggal

"Nyari apa kak?"tanya Zaylan memperhatikan Asya sendari tadi seperti orang yang kebingungan

Pria itu sangat keras kepala Michelle sudah memberi tahu dia bahwa jangan menunjukkan kedekatan mereka di depan umum tapi laki-laki tak menggubrisnya dan mendekati Asya seperti layaknya seorang teman

"Gue ga takut sama dia kalo berani lawan tuhan gue karna dia yang punya hak lebih atas diri gue dari pada ortu gue sendiri" ucap Zaylan yang terbelit saat di paksa terus menerus untuk menjauhi asya

Kedua gadis itu pun hanya pasrah dan membiarkan Zaylan mengekpresikan dirinya sendiri

"Sepatu,tadi di taruh sini"ucap Asya menunjuk rak sepatu di hadapannya

"Jatuh mungkin sini biar Zay bantu"ucap Zaylan ikut mencari keberadaan sepatu Asya

Kedua orang itu mencari secara teliti pada seluruh sudut yang ada di area aula tersebut

Rena, Vena,dan Chaca melewati mereka berdua seperti seseorang yang tak kenal lalu melanjutkan perjalanan mereka

Bukan mereka lebih tepatnya Rena yang menarik kedua gadis itu untuk tak menghiraukan Asya

"Kak ini bukan sepatunya?"tanya Zaylan menunjuk sepatu yang berada di dalam got

Asya menghampiri Zaylan lalu terkejut saat melihat sepatunya yang berada di sana

Bagaimana bisa? Seingat Asya dia tak pernah seceroboh ini dalam menaruh barang

"Itu baru awal lo tunggu aja yang akhir" ucap seseorang di balik tembok menertawakan kondisi Asya di depan aula

Kedua orang di belakang tembok tersebut tertawa dan tersenyum bersama seakan tak ada beban yang menimpa mereka semua















WARNING!!!

TERDAPAT BANYAK TYPO DAN SALAH PENEMPATAN DALAM CERITA

SALAM MANIS BUAT KALIAN●♡

Rakasya {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang