37. Hubungan

1.3K 230 86
                                    

Jessica memasuki cafe, untuk menjemput anak-anak yang di titipkan pada Rose tadi.

"Mommy" seru Yuna menyambut kedatangan Jessica.

"Lihat momm, aunty membantu Yuna membuat origami ini" pamer Yuna antusias, Jessica tersenyum palsu.


"Nyonya" sambut Rose membungkuk hormat.

"Hm" balas Jessica angkuh, Rose pun takut, Yuri lalu menyusul nya, karena tahu pasti Rose dan istrinya pasti terjebak dalam kecanggungan.

"Kemasi barang mu, kita pulang" perintah Jessica dingin pada sang putri, Yuna yang polos tak menyadari perubahan sang mommy.

"Unnie, lain kali aku kesini lagi ne?" Tanya Yuna, sambil mengemasi tas nya, di bantu Rose.

"Iya, unnie tunggu" Rose berusaha memberi senyum terbaik nya pada Yuna, Yoshi langsung berdiri, menatap malas pada sang ibu, dan langsung keluar mendahului keluarga nya, karena tahu sang ibu seperti membenci Rose.

"Yuna pulang dulu aunty" pamit nya pada Rose.

"Ne, hati-hati sayang" pesan Rose, bagitu Jessica menggandeng Yuna keluar dari cafe, Yuri mendekati Rose.

"Rose, kami pulang dulu, terima kasih sudah menjaga anak-anak dengan baik ne" pamit Yuri.

"Ne tuan, sama-sama" Rose membungkuk hormat melepas kepergian keluarga Rio itu, dan setelah nya, ia langsung berlari ke toilet, dan menangis sesenggukan disana.

Di satu sisi, dia sudah terlanjur mencintai Rio, dan tak ingin berpisah dari kekasih nya itu, tapi di sisi lain, Jessica yang tak menerima nya, membuat Rose di serang rasa takut, dan jadi tak nyaman ketika harus berdekatan dengan calon ibu mertua ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di satu sisi, dia sudah terlanjur mencintai Rio, dan tak ingin berpisah dari kekasih nya itu, tapi di sisi lain, Jessica yang tak menerima nya, membuat Rose di serang rasa takut, dan jadi tak nyaman ketika harus berdekatan dengan calon ibu mertua nya itu, semua masalah yang menjadi ketakutan nya tak bisa Rose bagi pada siapa pun, pada Rio tak mungkin, pada harabeoji dan halmeoni juga tak mungkin, karena mereka sudah tua, Rose tak berani membebani nya, jadi ia harus bisa menghibur diri nya sendiri, menguatkan hati nya sendiri.

Malam nya Rio menjemput sang kekasih, Rose berusaha terlihat baik-baik saja, dia langsung menghambur ke pelukan Rio, untuk mencari ketenangan disana, karena kehadiran Rio mampu sedikit mengurangi beban berat yang ia tanggung.


"Capek? Hm?" Tanya Rio memeluk tubuh Rose, gadis itu mengangguk.


"Biarkan begini dulu sebentar, capek ku pasti akan hilang" manja Rose, Rio pun mengabulkan nya dengan memeluknya semakin erat.


"Ayo pulang sekarang" ajak Rose yang sudah merasa lebih baikan.


"Okey" jawab Rio, Rose menopangkan dagu nya di bahu kiri Rio.


"Yuna lucu ya" cerita Rose, sambil memiringkan kepalanya melihat reaksi Rio, tapi pemuda itu acuh.


"Dia meminta ku untuk membuatkan origami, bersama Yoshi tadi" lanjut Rose, Rio tak menyahut.

"Mereka berdua bertengkar tadi, terlihat lucu karena Yoshi menggoda nya, dan Yuna yang marah, itu menggemaskan" ia terus menceritakan kedua dongsaeng Rio itu.


"Aku jadi merasa seperti punya dua dongsaeng, menyenangkan" kekeh Rose, Rio tetap terdiam.

Keesokan hari nya, sepulang Rio sekolah, ia menjemput Rose ke cafe, dan membawa nya ke kantor sang grandpa, untuk memberi tahu jika Rose sudah mendaptkan kampus yang ia kehendaki.



"Kapan kamu mulai kuliah?" Tanya Jung grandpa.


"Bulan depan tuan" jawab Rose


"Baiklah, nanti grandpa akan kirim seseorang ke kampus mu untuk menyelesaikan semua administrasi nya" ujar tuan Jung lagi, Rose rasanya begitu lega, berhubungan dengan kedua kakek dan nenek Rio lebih nyaman, dari pada dengan Jessica mama nya, mereka pun berjalan menuju ke lift.



Tink


Di lantai enam ada beberapa pria dewasa yang memasuki lift sambil mengobrol, Rio menggenggam tangan kanan Rose dan menarik nya mundur, Rio menatap pantulan wajah pria yang tepat berdiri di depan nya dari pintu lift, yang ia tatap pun tersentak kaget, ia lalu menoleh.


"Rio" pria itu adalah Yoong sang ayah kandung, Rose mendongak tak menyangka.



"Dari mana?" Tanya Yoong, Rio tak menyahut.

"Changmin-shi, kenalkan putra pertama ku Rio" ujar Yoong memperkanalkan Rio pada rekan bisnis nya, Rio membungkuk hormat, lift kemudian berhenti, dan mereka semua pun keluar.

"Yoongie-shi, aku pergi dulu ne" pamit Changmin.

"Hati-hati ne" balas Yoong yang menahan tangan kanan sang putra.


"Bertemu grandpa? Kita sambil minum kopi dulu bagaimana?" Tebak Yoong, Rio menggeleng.

"Siapa gadis cantik ini?" Tanya Yoong menatap Rose yang sedari tadi hanya diam memperhatikan usaha Yoong merayu sang putra, tapi Rio tak menjawab, sang ayah melirik tangan kedua nya yang saling bergandengan.


"Saya Rose tuan" sang gadis lah yang menjawab.

"Kalian. . .?" Yoong ingin bertanya tentang hubungan mereka.



"Iya" jawab Rio dingin.


"Kita bicara di tempat lain ok?" Yoong masih berusaha merayu.


"Tidak, Rose harus kembali ke cafe grandma" jawab Rio ketus.


"Biar daddy ijin pada grandma" bujuk nya lagi, Rio pun menyerah, Yoong menggandeng tangan Rio menuju cafe terdekat, mumpung sang putra bersedia, ia tak mau mencari cafe terkenal karena takut Rio melarikan diri dalam perjalanan.


Mereka telah memasuki cafe, Yoong duduk tepat di hadapan Rio.


"Rose, kamu mau minum apa? Jangan sungkan, aku Yoong, papa nya Rio" ujar nya pada sang calon menantu.


"Ne tuan, terima kasih" Rose sudah tak terkejut lagi oleh kemisteriusan Rio selama ini, yang mana ketika semua terungkap di waktu yang bersamaan, mampu memberi nya shock terapy sampai pingsan.


"Kamu masih suka milk shake kan? Dan cake susu dengan krim keju?" Tanya Yoong perhatian, seolah ia tengah bertanya pada putra nya yang masih berusia tiga tahun, tanpa menunggu jawaban dari Rio, ia lalu memanggil pelayan dan memesan apa yang Rio suka, termasuk pesanan Rose.


"Semenjak kapan kalian berkencan?" Tanya Yoong yang lebih welcome dari pada Jessica.



"D-dua bulan terakhir ini tuan" jawab Rose gugup karena Rio masih memasang wajah dingin nya.


"Jangan panggil tuan, panggil papa saja seperti Rio" ujar Yoong, Rose tersenyum kaku.


"Ne"


"Papa" gugup nya


"Kapan-kapan kita makan malam bersama ne, kenalkan Rose pada mommy dan dongsaeng mu, terserah mau Rio dimana, di rumah, atau di luar?" Bujuk Yoong, Rose tak berani ikut menimbrung dalam usaha Yoong mengajak putra nya mengobrol.




#TBC

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang