36. Kunjungan Ke Cafe

1.2K 225 56
                                    

Keesokan hari nya, Rose kembali bekerja seperti biasa,beda nya, hari ini dia sudah masuk semenjak pagi karena tidak sekolah lagi.

"Selamat pagi nyonya" sapa nya kikuk pada sang boss yang sedang mengechek kesiapan cafe.

"Pagi Rose" balas nyonya Jung, Rose masih grogi.

"Ada apa dengan mu Rose?" Tanya Luna khawatir.

"Unnie" rengek Rose, Luna pun merasa curiga.

"Rio ternyata cucu nyonya Jung ya?" Ujar nya sambil memanyunkan bibir nya, Luna terpingkal.

"Kenapa unnie tidak bilang?" Kesal nya.

"Rio sudah melarang ku dari awal, jadi ya aku menurut saja" kekeh luna, Rose lalu menceritakan pertemuan nya dengan keluarga Jung kemarin, termasuk saat ia pingsan yang membuat Luna terbahak-bahak.

"Unnie, jangan menertawakan ku, aku malu unnie" rengek Rose kesal karena Luna tak bisa berhenti tertawa.

"Aku besok libur ya unnie" ijin Rose untuk mengalihkan pembicaraan agar Luna berhenti menertawakan nya.

"Mau kemana? Jangan bilang karena kamu mau menikah dengan Rio besok?" Goda Luna, Rose memutar kedua matanya dengan malas dan Luna kembali terpingkal.

"Tidak, tuan Jung memintaku untuk melanjutkan kuliah" jawab Rose.

"Wah, beruntung sekali kamu Rose" reaksi Luna.

"Baiklah kalau begitu" lanjut Luna.

Di rumah keluarga Jung, keesokan hari nya.

"Hyung, nanti tolong antar Rose mencari kampus ne, aku harus ke sekolah ujian kenaikan kelas, jadi tak bisa mengantar nya" pinta Rio pada Minho.

"Iya" jawab Minho patuh

Lima hari kemudian

Rio menyusul Rose ke cafe, di saat jam istirahat kerja, ia berdiri di hadapan Rose yang sedang duduk diatas motor nya, Rio menyelipkan rambut Rose ke belakang telinga.

"Sudah dapat kampus nya?" Tanya Rio perhatian, Rose mengangguk sambil meneguk air putih milik nya.

"Berarti temani aku bertemu tuan Jung, ne?" Pinta Rose.

"Tentu" jawab Rio setuju, sepulang sekolah, pemuda itu malah memilih untuk mengunjungi kekasih nya.

"Unnie" teriak Yuna yang baru datang bersama Yoshi dan Yuri, Rio dan Rose pun spontan menoleh ke sumber suara.

"Oppa" sapa Yuna genit, dalam hati Rio tentu kesal dengan kedatangan mereka.

"Hi sayang" Rose balas menyapa, Yuna langsung nemeluk pinggang Rose manja.

"Aku pulang ya" pamit Rio menghindar, Rose pun merasa cemas dengan hubungan keluarga ini.

"H-hyung" sapa Yoshi gugup sambil membungkuk pada hyung nya, tapi Rio mengabaikan nya, ia menaiki motor sport nya.

"Boy, mau kemana?" Tanya Yuri hendak mencegah kepergian Rio, tapi pemuda itu acuh dan menggeber motor nya meninggalkan cafe sang nenek, Yuri menatap sedih pada Rio, ia tahu Rio masih menghindari nya.

"Tuan Kwon" sapa Rose membungkuk hormat.

"Rose, kami tidak mengganggu mu kan? Yuna merengek ingin bertemu dengan unnie nya" tanya Yuri.

"Tentu saja tidak tuan" jawab Rose senang, sambil menatap Yuna yang senyum-senyum senang.

"Ayo masuk Yuna-yaa" ajak Rose.

"Yoshi, ayo kita masuk" panggil nya pada dongsaeng Rio yang lain, Yoshi tersenyum salah tingkah dan mengikuti langkah dua gadis di hadapan nya itu.

"Nah, sekarang daddy tinggal kalian di sini ne, mau menjemput mommy" tanya Yuri pada Yoshi dan Yuna.

"Ne daddy" jawab mereka.

"Rose, aku titip anak-anak ne" pamit Yuri.

"Ya tuan" jawab Rose.

"Ingat, jangan nakal ne, jangan merepotkan kakak kalian" pamit Yuri, ia lalu keluar dari cafe meninggalkan anak-anak diasuh oleh Rose untuk menjemput sang istri.

"Kalian mau minum apa?" Tanya Rose.

"Aku jus strawberry unnie, dan cake pisang oreo" pesan Yuna.

"A-aku smooties pisang dan cake keju susu, noona" jawab Yoshi masih canggung.

"Ok, ayo masuk, dan pilih tempat duduk kalian" Rose menggiring kedua dongsaeng Rio itu memasuki cafe, Yuna langsung berlari memilih tempat duduk di dekat jendela.

"Nah, ini pesanan kalian" Rose menghidangkan apa yang di minta Yoshi dan Yuna tadi.

"Unnie tolong bantu aku membuat origami ne? Unnie bisa kan?" Pinta Yuna.

"Tentu saja bisa sayang" jawab Rose, ia meletakan nampan nya, lalu menunggu Yuna mengeluarkan kertas lipat dari dalam tas nya, mereka berdua nampak asyik melipat kertas, dengan Yoshi yang sesekali menjahili dongsaeng nya.

"Oppa!" Geram Yuna sambil meremas lengan Yoshi.

"Aduh. . . Aduh. . ." Erang Yoshi kesakitan, Rose terkekeh lucu melihat kejahilan Yoshi, ini lah sebab nya kenapa Yuna lebih menyukai Rio, karena ia pendiam dan tak pernah mengganggu nya, sementara Yoshi sangat suka sekali menggonda nya.


"Unnie, musnahkan saja oppa ini unnie" adu Yuna kesal, Rose pun semakin terbahak sambil melipat origami.

"Yuna tidak boleh bicara begitu sayang" tegur Rose lembut.


"Tapi dia menyebalkan unnie, tidak seperti Rio oppa" sungut Yuna, Yoshi malah terkekeh puas dengan omelan dongsaeng nya itu.

"Oppa jangan ganggu Yuna ne" Rose berusaha untuk netral, merasa di bela, Yuna menjulurkan lidah nya mengejek Yoshi.


Yuri telah tiba di parkiran cafe bersama Jessica semenjak beberapa menit yang lalu, tapi mereka tidak langsung turun, dan malah memperhatikan interaksi anak-anak mereka dengan Rose.


"Kamu lihat sendiri kan yeobo? Rose adalah gadis yang baik, dan yang lebih penting dia pilihan Rio sendiri, tolong terima dia" mohon Yuri memberi pengertian pada sang istri untuk tidak membenci Rose.


"Tidak, aku tidak setuju dia menjadi pasangan Rio, dan keputusan ku sudah bulat" tekad Jessica.


"Kamu tidak bisa menentang keputusan appa dan eomma Sicca-yaa" Yuri mulai serius jika ia sudah memanggil nama pada sang istri.


"Aku yang lebih berhak atas Rio, karena aku ibu nya" ujar Jessica tegas, Yuri menghela nafas lelah, perempuan jika sudah berkata tidak, akan sangat sulit untuk di bujuk.






#TBC

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang