16. Penasaran

1.2K 238 27
                                    

Keesokan hari nya, Rio ke sekolah seperti biasa, para murid yeoja malah semakin memuja dan mengagumi sosok Rio yang wajah nya masih di penuhi dengan bekas luka.



"Dia keren bukan"


"Rasanya aku ingin berteriak"


Gadis-gadis itu gemas sendiri menatap Rio yang berjalan di lorong menuju kelas nya.



"Jimin sudah sadarkan diri" beritahu Jaehyun saat Rio sudah memasuki kelas nya.



"Aku tak peduli" acuh nya.



"Aku sebenar nya berharap dia mati" dingin Rio, para sahabat Rio pun saling bertatapan aneh, kenapa Rio sebegitu benci nya pada Jimin? Batin mereka.


Karina terlihat sering memperhatikan Rio dari jauh, ingin dekat, tapi tak berani, ingin menjauh tapi dia sayang, bagaimana tidak, Rio adalah orang pertama yang membela nya saat ia mendapatkan perundungan, baik di sekolah dia yang lama atau yang sekarang.



"Kamu menyukai nya?" Tanya Winter curiga, Karina gelagapan, lalu menggeleng cepat.


"Tapi tingkah mu mencurigakan" desak nya, Karina gelisah, tak berani menatap ke arah teman baru nya itu.


Sementara itu, sepulang sekolah, Rio langsung ke caffe sang grandma, untuk mencari keberadaan Rose, gadis yang membuat nya penasaran, Rio tak langsung menemui sang nenek, ia ke belakang mencari keberadaan gadis itu.


"Noona, apa kamu melihat gadis berambut pirang kemarin? Seperti nya aku baru melihat nya disini?" Tanya Rio pada Luna


"Oh, Rose maksud mu?" Jawab Luna


"Aku tidak tahu nama nya" bingung Rio.



"Dia belum datang, sepulang sekolah nanti, dia baru kemari, ada perlu? Nanti biar aku sampaikan pada nya" tawar Luna.


"Tidak tidak, jangan noona, jangan kata kan apa pun pada nya" pesan Rio, Luna terkekeh lucu lalu mengiyakan permintaan Rio.


Dengan jaket kulit yang tidak di kancingkan, dan wajah masih lebam-lebam, Rio duduk di samping cafe tempat para pegawai grandma nya lewat, menunggu Rose, tapi gadis itu sepertinya sudah tahu dengan kedatangan Rio, ia memeluk tas nya, melewati pintu depan sambil bergidik ngeri karena takut.



"Ada apa Rose?" Tanya Luna heran dengan tingkah Rose.


"Ada preman di samping cafe, sejak kapan dia di situ unnie" jawab Rose, Luna mengerutkan kening nya tak mengerti, Rose pun menarik tangan kanan Luna dan menyeret nya ke dapur.


"Itu unnie" bisik Rose sambil menunjuk ke arah Rio, Luna terbelalak, ia tak percaya Rose mengira Rio adalah preman, padahal asli nya Rio itu cucu dari boss nya.



"Dia mencari mu tadi" kata Luna yang pura-pura tak mengenal Rio.



"Hah?" Kaget Rose, ia pun semakin takut.




"Aduh, bagaimana ini unnie" panik Rose ketakutan, Luna ikut bingung.



"Yaa temui saja dia" ide Luna.



"Tidak, dia menakutkam unnie" tolak Rose.


"Lihat lah baju nya, compang camping, dan tidak rapi sama sekali, wajah nya penuh luka, dan raut nya yang angkuh, sepertinya setiap hari kerja nya hanya tidur dan berkelahi" gumam Rose menilai penampilan luar dari Rio, padahal andai Rose tahu harga jaket yang di pakai Rio cukup untuk biaya makan nya selama satu tahun full, dia pasti pingsan.


"Jangan menilai orang dari luar nya Rose, siapa tahu malah sebalik nya" nasihat Luna.



"Temui saja" desak Luna.



"T-tidak aku takut unnie" ia terus menolak.



"Kamu kenal dari mana dengan orang itu?" Penasaran Luna.


"Semalam dia datang untuk mencuri, aku memukul dan mengusir nya dengan gagang sapu, dia beralasan katanya ingin membeli cake termurah di toko ini karena perut nya lapar, saat ku minta uang nya, dia memberiku sepuluh ribu ₩on, jadi nasi makan malam miliku, ku berikan saja pada nya" cerita Rose tanpa merasa bersalah.


"Astaga" kaget Luna dengan mulut menganga dan mata mengerjab beberapa kali, tak percaya mendengar cerita Rose, entah apa yang akan menimpa Rose jika nyonya Jung tahu apa yang pegawai nya lakukan itu pada cucu kesayangan nya.



"Mungkin dia lapar lagi sekarang" tebak Luna masih menatap tak percaya pada Rose.


"Kasihan dia Rose, sudah sejam lebih dia menunggu mu" rayu Luna.



"Tapi aku takut unnie" suara Rose terdengar putus asa.


"Aku temani di sini" kata Luna


"Janji?" Tanya Rose, Luna memgangguk yakin.



"Ini" Rose menyodorkan sapu pada Luna.



"Pukul dia unnie, jika sampai dia berani kurang ajar pada ku nanti" ujar Rose, Luna pun menerima nya dengan raut wajah aneh, Rose berjalan mendekati Rio masih sambil memeluk tas nya di dada.



"U-untuk apa kamu mencari ku?" Tanya Rose gugup karena ia takut, Rio menoleh, ia lalu berdiri dan menatap Rose.


"Aku lapar" hanya itu kata yang terlintas di pikiran Rio.


"Apa hubungan nya dengan ku?" Sengit Rose



"Aku ingin makanan seperti milik mu semalam" jawab Rio, ia lalu merogoh kantong celana nya dan memgambil uang receh kembalian nya setiap makan atau membeli sesuatu di kantin, ia lalu mendekat hendak menyerahkan uang itu pada Rose, tapi gadis itu malah berjalan mundur karena ia takut, Rio langsung berhenti melangkah.


"Aku bukan penjual nasi, cari lah di tempat lain" tolak Rose.


"Aku mau nya nasi milik mu" Rio tetap memaksa.


"Apa uang nya kurang? Nanti aku cari lagi kekurangan nya, ini, terima lah dulu, aku akan pergi dan setelah uang ku cukup nanti, aku akan kembali dan mengambil nasi ku" Rio menarik tangan kanan Rose dan meletakan uang receh nya ditelapak tangan gadis itu yang bergetar karena ketakutan, ingin meronta rasanya juga tak sanggup, Rose menarik tubuh nya ke belakang sambil meringis takut, ia tak tahu lagi harus berkata apa untuk menolak keinginan Rio.

Luna terpingkal melihat interaksi Rio dan Rose yang menurut nya lucu, ia langsung paham jika Rio mungkin menyukai gadis itu, sebab itulah ia berusaha mendekati nya dengan cara apa pun.




#TBC

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang