"OVER SINI!" teriak Saka menggema. Aluna, Jasmine, Haura, dan inti Galaxy tengah berkumpul bersama di sekolah. Bel pulang telah berbunyi 1 jam yang lalu, tidak membuat mereka ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
Inti Galaxy bermain basket sedangkan ketiga gadis itu menyoraki mereka. Sesekali mereka tertawa sebab Kai sengaja di lempar bola basket oleh kawannya.
"BANGSAT, GUE LAGI YANG KENA!" maki Kai saat bola basket terlempar bebas mengenai punggungnya membuat ia jatuh tersungkur. Ia mengusap punggung yang bisa di jangkau oleh tangannya, menatap sengit Farraz sebagai pelaku.
"Maju sini anjing. Lo berlima gue bantai," ucap Kai mengacungkan jari tengahnya. Kearah Arka, Abian, Daffa, Saka, dan Farraz.
Mereka berlima, kecuali Abian yang masih fokus bermain basket berlari menghampiri Kai. Tentu saja, Kai juga ikut berlari menghindari kejaran mereka.
"MENTAL YUPI!" seru Daffa.
"Gue bercanda doang." Kai terus berlari. "MAMAK AKU MAU DI BUNUH, MAK! AAA .."
Buhk
"Gue boleh pingsan, gak?" tanya Kai kala bola basket mendarat di kepalanya.
Abian, pelakunya dengan wajah santai ia berjalan ke tepi lapangan menghampiri Aluna, Jasmine, dan Haura.
"Mati sekalian, gak apa-apa," jawab Farraz.
"Nanti kalo gue mati, nangis," balas Kai.
"Jangan mati sekarang, soalnya gak ada yang bayarin utang gue di kantin," sahut Saka.
Kai mendelik. "Oh gitu? Jadi gue cuma di manfaatkan?"
"Bacot. Sana nangis di ketek Emak." Arka berjalan menghampiri Abian, Aluna, Jasmine, dan Haura diikuti yang lain.
Arka duduk di bawah Aluna, di lapangan. Sedangkan gadis itu duduk di bangku panjang yang memang di siapkan khusus oleh Bhakti Utama.
Aluna memberikan sebotol air mineral dingin, dengan senang hati Arka menerimanya lalu menenggaknya sampai sisa setengah. Haura memberi Abian sebotol air mineral, Jasmine pun begitu.
"Yang gue mana?" tanya Farraz karena tidak ada yang memberinya minum.
"Tuh," sahut Jasmine. Matanya melirik botol minuman yang tersisa di sampingnya.
Farraz mendengus. "Andai ada Lia disini, pasti gue gak akan terabaikan," ujarnya sedih.
Kai mengerutkan keningnya. "Emang kemana tuh si kutu buku?" tanyanya. Farraz dan Lia memang jarang menghabiskan waktu bersama, tidak seperti Daffa dan Jasmine.
"Lia Agatha, bukan kutu buku. Dia sibuk belajar buat olimpiade," sahut Farraz.
"Gila, udah mau kelas 12 masih ikut olimpiade?" tanya Saka. Ia mengusap keringatnya yang menetes, mengejar Kai sangat melelahkan.
Sebentar lagi mereka akan menjadi anak kelas 12, kalau di hitung mungkin kurang lebih 2 bulan lagi.
"Olimpiade terkahir," sahut Farraz.
"Sebelum mati?" tanya Abian dengan entengnya.
"Sebelum naik kelas 12, gubluk." Farraz mengelus dada sabar. Tidak boleh menanggapi ucapan Abian dengan emosi.
"Minggu depan kayak biasa, kan?" tanya Kai.
"Iya, gue juga kangen banget sama anak-anak," sahut Daffa.
Aluna menatap Arka dengan binar di matanya. Arka terdiam, ia mengerti maksud gadis itu. Tapi, keadaan sedang tidak baik-baik saja.
"Gue mau yang cewek-cewek gak ikut." Ucapan Arka mengalihkan perhatian mereka semua. Pundak Aluna merosot lesu, ia menatap kesal kearah Arka. Padahal, ia sudah sangat merindukan Disha, anak panti kesayangan Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALUNA [REPUBLISH]
Fiksi RemajaARKALUNA NEW VERSION! Terikat perjodohan yang di lakukan oleh orang tuanya membuat hidup Aluna Queensha Galexia jauh lebih rumit dari sebelumnya. Ia pikir perjodohan hanya terjadi di dunia fiksi saja, namun nyatanya Ia mengalami hal tersebut. Di jod...