Chapter Eighteen

82 24 5
                                    

A dream is a wish your heart makes...

"Baiklah..., Lusa kamu mulai kerja ya..." Kata seseorang Laki-laki paruh baya.

"Te-Terima kasih pak!" Sahut Jenna.

Dengan mata berbinar-binar dan dengan senyum yang lebar Jenna keluar dari minimarket. Interview kerja-nya kali ini berhasil. Setelah melamar kerja beberapa kali sebelumnya, hanya minimarket ini yang mengijinkan Jenna untuk bekerja hanya di shift pagi. Karena siangnya dia harus lanjut bekerja kembali di Coffee Shop.

Dengan hati yang riang Jenna berjalan di daerah sekitar lokasi minimarket itu. Di lihatnya jam di tangan kirinya, pukul 11.00.

"Hmm..., ngapain yaa hari ini?" Gumam Jenna.

Kebetulan hari ini dan kemarin adalah hari liburnya. Jenna sengaja meminta off day dua hari untuk keperluan kepindahannya dan juga keperluan interview kerja-nya hari ini.

Sambil terus berjalan tanpa arah, langkah kaki Jenna terhenti di depan suatu toko yang menarik perhatiannya. Toko alat lukis. Dindingnya dipenuhi dengan lukisan cantik yang warna-warni. Di depannya terpajang banyak lukisan indah dengan guratan halus yang nyaris sempurna.

 Di depannya terpajang banyak lukisan indah dengan guratan halus yang nyaris sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber Gambar : Pinterest)


Toko itu sangat menarik perhatian Jenna, hingga akhirnya dia melangkahkan kaki masuk ke dalamnya.

Banyak alat lukis yang cantik. Dengan banyak jenis cat dan kuas dengan berbagai merk terkenal. Jenna meraih kuas cantik berwarna baby pink.

Tiba-tiba sekelebat ingatan masa kecilnya muncul di benak Jenna. Ingatan yang indah, sekitar 15 Tahun yang lalu, di suatu Panti Asuhan di daerah tempat tinggalnya dulu, Yogyakarta...

"Bunda, itu siapa?" Tanya Jenna kecil yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

"Teman, ini teman kamu. Ayo kenalan..." Kata Bunda waktu itu.

Teringat jelas sesosok anak laki-laki yang putih dan tampan menyodorkan tangannya untuk berkenalan. Namun sayangnya, Jenna tidak ingat siapa namanya. Seingat Jenna, anak itu berasal dari Panti Asuhan tempat Bunda mengajar kelas seni dulu.

Semenjak itu, setelah pulang sekolah, Jenna selalu pergi ke Panti Asuhan untuk menjemput Bundanya dan bermain bersama anak laki-laki itu. Mereka punya satu hobi yang sama, melukis. Anak laki-laki itu melukis dengan sangat baik, dia sering mengajarkan Jenna bagaimana caranya melukis. Bahkan, suatu hari dia memberikan satu lukisan dengan Jenna sebagai objeknya. Lukisan yang cantik sekali.

"Bagaimana kabarnya anak itu ya?" Gumam Jenna sambil tersenyum, "Sudah lama sekali."

Kemudian Jenna lanjut berjalan perlahan mengelilingi toko ini. Namun tiba-tiba seseorang wanita datang menghampiri-nya.

What Happens When You DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang