Chapter Thirty Four

47 10 1
                                    

(Sumber Gambar : Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber Gambar : Pinterest)

Ditengah perjalanannya ke suatu tempat, langkah kaki Dion terhenti tepat di depan suatu toko bunga di sudut jalan.

Kedua matanya menatap ke arah satu jenis bunga yang menarik perhatiannya. Lili putih.

Dion tersenyum getir.

Dia berjalan masuk menuju toko bunga itu, dengan cepat memilih satu buket lili putih yang cantik.

"Terima kasih..." Kata Dion setelah dia menerima satu buket lili putih yang telah di rangkai cantik oleh sang penjaga toko bunga ini.

Dion kembali berjalan ke lokasi yang dia tuju. Pagi-pagi buta setelah shift malamnya berakhir, tanpa berpikir panjang Dion datang ke tempat ini. Salah satu tempat yang sesekali dikunjunginya setiap kali hatinya sesak dan ingin menangis.

"Good Morning, Ma..." Katanya lembut sambil meletakkan sebuket lili putih di atas pusara dengan nama Dian Amelia.

"Did you sleep well?" Katanya lagi sambil membersihkan rumput-rumput kecil yang mulai tumbuh di Makam Ibu Dian.

Angin sepoi-sepoi berhembus. Dengan menarik napas panjang Dion duduk di sebelah pusara Ibu Dian.

"How's heaven?" Tanyanya lagi dengan senyuman.

Diliriknya jam yang berada di tangan kirinya. Tepat pukul 06.30 pagi. Dion tertawa lirih. Orang gila mana yang datang mengunjungi makam pagi-pagi seperti ini selain Dion dengan segala permasalahan yang membuatnya sakit kepala sedari kemarin.

"Sekarang disini jam setengah tujuh pagi Ma, apakah di Surga juga sama?" Tanya Dion sembari mendongakkan kepalanya melihat langit yang mulai bangun dari tidurnya.

Melihat langit yang tak berbatas itu Dion tersenyum.

"we're in long distance relationship for real, rite?" tanyanya polos. "I can't see you from here..."

Lagi-lagi pertanyaan yang selalu tanpa jawaban.

"..." Dion terdiam di dalam suasana hening ini.

Dia tertunduk.

Sekelebat ingatan kembali berputar di dalam kepalanya. Ingatan terakhirnya dengan Ibu Dian yang, sialnya, tragis itu.

"I wish I can turn back time..." Gumamnya sambil menelan ludah karna tercekat dengan rasa sesak.

"Dari sekian banyak orang, kenapa harus Mama yang ngga bisa aku selamatkan?" Ujarnya lirih.

"Dari sekian banyak rumah sakit, kenapa..., Kenapa harus di Rumah Sakit Harapan? Kenapa ketika aku, Dokter Bodoh ini, berjaga di UGD?"

"Kenapa Mama, aku, dan Jenna..., Kenapa kita harus bertemu di Rumah Sakit itu? Kenapa harus dengan keadaan seperti itu?"

Dion tercekat. Semua pertanyaan yang hanya bisa dia pendam dalam hatinya selama ini akhirnya tak terbendung lagi.

What Happens When You DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang