'Kenapa manusia harus bertahan hidup jika akhirnya akan mati juga?'
Entah sudah berapa kali pertanyaan itu berputar di kepala seorang gadis yang sedang menatap kosong ke arah terangnya lampu-lampu gedung Ibukota di malam hari.
"Hhh..."
Hela napas berat keluar dari mulutnya. sembari diikuti air mata yang entah kenapa ikut jatuh seiring dengan helaan napasnya.
Tanpa ragu, kedua kakinya melangkah naik ke sudut paling ujung atap gedung ini. Angin kencang menghempaskan rambut cokelat tua sebahunya. Tanpa disadari kakinya gemetar, tapi entah mengapa tekadnya bulat.
Dia memberanikan diri menundukkan kepalanya, melihat ke bawah.
"ngg..., kupikir gak akan setinggi ini." bisiknya halus.
Tekad bulatnya perlahan menciut.
Gadis itu mengernyitkan dahinya, rasa takut perlahan muncul. 'Apa ini gak ketinggian?' inner-self nya ikut bicara, pertanda alam bawah sadarnya pun juga ikut ketakutan.
"Terus kenapa kalo ketinggian?!" Dia menjawab dirinya sendiri sambil berteriak kencang. "Apa salahnya mati dari lantai 5?!"
Suaranya bergetar. Ingin menangis tapi sudah terkuras air matanya karena terlalu sering menangis.
Gadis itu kembali membulatkan tekad.
'Gak ada jalan keluar lain selain mati.' Bisiknya dalam hati, berusaha meyakinkan diri sendiri.
Perlahan dia menutup matanya. Terlintas dipikirannya, setidaknya mungkin tidak terlalu sakit jika menutup mata. Self-hypnosis. Pikirannya sudah kalut, badannya lemas, bekas infus di tangan kirinya tiba-tiba terasa sakit.
Kepalanya kembali pusing. Perlahan mencoba membuka mata, tapi terasa berat sekali. Badannya terhuyung di tempat yang tidak tepat. Salah langkah sedikit keinginan matinya dari ketinggian akan dikabulkan oleh Tuhan.
Setengah sadar, dia merasa ada yang menarik tangannya ke belakang dengan cepat. Berusaha berontak tetapi badannya terlalu lemas dan tak berdaya. Yang dia tau dan rasakan hanya seseorang menangkap tubuhnya dan kemudian menggendongnya.
"Orang bodoh macam apa yang ingin mati dari lantai 5 Rumah Sakit."
Gumam seorang laki-laki yang menggendongnya.
----------------
Sometimes everything hits you all at once.Tidak pernah sekalipun terpikir oleh Jennaira, bahwa hidupnya akan berubah total. Bukan berubah menjadi Inspiring atau Sukses sebagaimana banyak orang yang dia kenal di Social Media, melainkan berubah dalam konotasi dan makna yang negatif.
Kedua mata dengan bola mata berwarna indahnya, cokelat terang, menatap kosong ke arah jendela bus yang sedang berjalan lambat di tengah kota yang super sibuk ini.
Pssttt....
Suara pintu Bus terbuka, yang kemudian diikuti banyak remaja SMA masuk ke dalam. Kursi kosong terisi dengan cepat, perlahan Bus lenggang ini penuh sesak dengan banyaknya anak sekolah.
Dia tersadar. Bus ini sedang berhenti di Halte di depan sekolahnya dulu, SMA Pelita Harapan. Dilihatnya jam tangan di tangan kirinya, tepat pukul 2 siang.
'Oh, jam pulang sekolah di hari Sabtu.' Gumam Jennaira dalam hati.
Anak laki-laki dan perempuan dengan seragam yang familiar baginya masuk dan memenuhi Bus ini. Kembali matanya menoleh ke arah jendela. Kali ini sembari tangannya membuka jendela bus. Pandangannya terpaku ke arah Sekolahnya dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/283042084-288-k940939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happens When You Die
Teen Fiction"Terus kenapa kalo ketinggian?!" Dia menjawab dirinya sendiri sambil berteriak kencang. "Apa salahnya mati dari lantai 5?!" Suaranya bergetar. Ingin menangis tapi sudah terkuras air matanya karena terlalu sering menangis. Gadis itu kembali membulatk...