"Aku..., Aku Dokter yang bertanggung jawab malam itu..."
Kata Dion dengan suara yang berat. Kepalanya tertunduk, Dion tidak sanggup menatap mata Jenna yang kini sedang melihatnya dengan sorotan yang membuat hatinya teriris.
Jenna menangis dalam diam sambil menatap Dion dengan tatapan tidak percaya.
"Kenapa.., kenapa malam itu bukan kamu yang datang menjelaskan ke aku? Kenapa justru Dokter Bagas yang malam itu minta maaf ke aku?" Tanya Jenna dengan susah payah menahan rasa kecewanya.
"..." Dion tercekat, dia tidak mampu menjawab.
Harga dirinya tidak mengijinkan Dion untuk berkata jujur bahwa dirinya memang pecundang brengsek malam itu. Seorang Dokter payah yang tidak bekerja dengan baik dan tidak mampu berkata maaf kepada keluarga pasiennya.
"Jen... Maaf..." Hanya perkataan maaf yang keluar dari mulut Dion. Situasi yang terlalu rumit ini membuatnya tidak bisa menjelaskan apapun kepada Jenna.
"Pengangguran?" Tanya Jenna lagi, "kenapa kamu harus berbohong?"
Banyak pertanyaan yang berputar di kepala Jenna, namun semua ini rasanya terlalu rumit untuknya. Kenangan manis bersama Dion belakangan ini juga menjadi sebuah pertanyaan baginya. Jika dari awal semua ini di mulai dengan kebohongan, apakah selama ini hubungan mereka...
"Jadi..., Apa yang kita lakukan bersama belakangan ini..., semuanya juga kebohongan?" Tanyanya lirih.
"Engga Jen.., aku..." Kata Dion.
Jenna memotong kalimat Dion, "kamu memulai semua kebohongan ini karena kasihan? Atau karena rasa bersalahmu?"
Sesuatu pertanyaan yang sangat menyakitkan terucap oleh Jenna, "Semua ini untuk menebus rasa bersalahmu kepada keluarga pasien yang tidak mampu kamu selamatkan? Iya?"
Deg!
Mendengar itu hati Dion terasa kelu.
Awalnya Dion memang simpati kepada Jenna, dengan segala kerumitan hidupnya yang membuat Dion penasaran, namun bukan kebohongan belaka jika yang dirasakannya belakangan ini adalah rasa cinta yang tulus. Pertama kalinya seorang wanita berhasil mengambil hatinya, wanita itu Jenna. Hanya Jenna.
"Jen.., please..., Listen..." Dengan putus asa Dion terus mencoba meraih Jenna. Dion menggenggam tangan Jenna, namun lagi-lagi Jenna mengelak.
"Jen..., I love you..." Dengan tulus Dion berujar, air mata akhirnya jatuh di pipinya.
Jenna tertunduk, masih belum habis air mata yang keluar dari kedua mata indahnya itu.
"Bohong." Gumamnya lirih, "Sekalipun kamu berkata jujur, semuanya tetap terdengar seperti bualan, Yon!"
"I hate you." Kata Jenna dengan perlahan melangkah mundur menjauhi Dion. "I wish we never met..."
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happens When You Die
Novela Juvenil"Terus kenapa kalo ketinggian?!" Dia menjawab dirinya sendiri sambil berteriak kencang. "Apa salahnya mati dari lantai 5?!" Suaranya bergetar. Ingin menangis tapi sudah terkuras air matanya karena terlalu sering menangis. Gadis itu kembali membulatk...