Chapter Thirty Three

52 7 2
                                    

Change isn't something that most people enjoy...

"Meskipun sulit, setidaknya lo harus ambil keputusan, Yon. Keputusan paling baik untuk Lo dan Jenna..."

Kata-kata dari Bagas tadi pagi membuat Dion memiliki keberanian.

Niatnya, hari ini Dion akan menemui Jenna dan bercerita jujur tentang semuanya, tapi sebelum itu ada seseorang yang harus ditemuinya.

Kemarin malam Dion melaporkan dompet hilang itu ke kantor Polisi dan meminta mereka untuk menghubungi Dion begitu pemilik dompet datang untuk mengambilnya.

Dan benar saja, tidak lama polisi menghubungi Dion bahwa orang itu bersedia mengambilnya karena ada barang penting di dalam dompet itu.

Dengan bergegas, Dion menarik gas motor Bagas dengan tidak sabar.

Begitu sampai, Dion bergegas berlari memasuki kantor polisi. Dengan gugup Dion menoleh kesana-kemari, mencoba mencari sosok yang dinantinya itu.

Kemudian kedua matanya berhenti tepat di punggung seorang laki-laki dengan rambut yang sudah mulai memutih dan punggung yang tak lagi tegap seperti punggung yang pernah dilihatnya dulu.

Dion kenal benar sosok itu. Ingatan masa kecilnya dulu yang pudar kini terasa jelas.

Dion berjalan mendekati laki-laki itu.

"Oh ini dia, mas yang menemukan dompet bapak.." kata seorang polisi begitu melihat Dion mendekat.

Laki-laki itu menoleh. Dia berdiri melihat Dion, dengan seksama ditatapnya wajah Dion, tidak lama dia berkata, "Terima kasih nak, sudah menemukan dompet saya..." Begitu katanya sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Dion.

.....

(Sumber gambar : Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber gambar : Pinterest)

Dion menyeruput kopinya dengan hikmat. Seseorang laki-laki di usianya yang beranjak 55 tahun tersenyum hangat melihat Dion dari kursinya.

Setelah pertemuan mereka tadi di kantor  polisi dengan ramah laki-laki dengan nama Hadi itu berkata, "saya ngga tau saya harus balas jasa kamu dengan apa karna sudah mengembalikan dompet saya yang berharga ini..."

Dengan senyum simpul Dion menjawab, "Mungkin, kalau pak Hadi mau, bapak boleh traktir saya kopi di kedai sebrang..." Kata Dion sambil menunjuk kedai kopi yang berada tepat di seberang kantor polisi.

Jadilah mereka berdua duduk berhadapan di Coffee Shop ini dengan masing-masing menyeruput segelas kopi hitam.

"Sepertinya itu dompet yang berharga yaa buat Bapak..." Kata Dion sambil meletakkan cangkir kopinya ke atas meja.

Bapak itu tersenyum pahit sambil membuka dompetnya kemudian menjawab, "Mendiang istri saya membelikan ini untuk saya..."

Dengan suara berat yang serak karena menahan tangis dia kembali berkata, "hanya tersisa foto inilah harta berharga saya."

What Happens When You DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang