Tit.. Tiit... Tiit... Tiiitt...
Suara seseorang yang menekan tombol Smart Lock Door terdengar.
Klek!
Tak lama terdengar kunci terbuka, dan suara langkah kaki seseorang yang perlahan masuk terdengar.
Jenna yang mendengar itu perlahan bangun dari posisi duduknya. Dengan menyeka kedua matanya yang sedari tadi basah karena tangis. Hatinya kalut, ingatannya hanya tertuju pada momen sesaat sebelum Bayu dengan paksa menariknya untuk lari dari situasi sore tadi, ingatannya begitu jelas, Dion yang terpukul telak di bagian hidungnya hingga mengeluarkan darah.
Perlahan suara seseorang yang masuk itu mendekat, hingga akhirnya muncul sesosok yang berjalan tertatih.
Jenna terbelalak karena terkejut. Air mata yang sedari tadi disekanya agar tidak jatuh itu mendadak mengalir deras. Napasnya sesak melihat sosok Dion yang berjalan tertatih, dengan wajah biru lebam dan tangan yang diperban melingkar hingga ke punggungnya.
Jenna berjalan mendekat ke arah Dion, yang dalam keadaan seperti ini dia masih bisa tersenyum hangat kepadanya.
"are you okay?" Tanya Dion begitu Jenna mendekat.
Mendengar pertanyaan itu, Jenna menunduk dan menangis kencang.
"Kamu kenapa? Kamu luka? Dimana? Sakit?" Tanya Dion bertubi-tubi sambil melihat beberapa bagian tubuh Jenna yang mungkin terluka.
Perlahan Jenna mengangkat wajahnya, melihat laki-laki di depannya ini yang sungguh bertindak sembrono dan bodoh.
"Kamu..., kamu masih bisa mengkhawatirkan aku? Dengan banyak biru lebam dan perban seperti itu?!" Jenna terisak dengan setengah berteriak.
Dion terkejut melihat Jenna yang makin menangis dengan kencang.
"Harusnya kamu lari, Dion. Orang bodoh mana yang mengorbankan dirinya untuk dihajar seperti itu!" Kata Jenna ditengah tangisnya.
Dion tersentuh mendengar itu. Jenna, pacar cantiknya ini ternyata begitu mengkhawatirkannya hingga menangis tanpa henti. Badannya memang terasa sakit, tetapi anehnya hatinya terasa hangat.
Sudah lama. Sudah lama sekali sejak Dion tidak merasakan seseorang begitu menyayangi dan mengkhawatirkannya. Dion memang dipukul hingga babak belur, tapi hari ini, hari ini dia justru merasa jadi orang yang paling beruntung.
Dion tersenyum hangat, lalu perlahan mendekat dan memeluk Jenna dengan erat, "I'm okay..., I'm okay..."
..........
Tak.. Tak...Takk...Suara pisau terdengar dari arah dapur.
(Sumber Gambar : Pinterest)
Dion menatap ke sumber suara itu, tidak, tepatnya menatap ke seseorang yang dengan lincahnya menggunakan pisau itu. Senyum lebar mengembang dibalik wajah biru lebamnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happens When You Die
Roman pour Adolescents"Terus kenapa kalo ketinggian?!" Dia menjawab dirinya sendiri sambil berteriak kencang. "Apa salahnya mati dari lantai 5?!" Suaranya bergetar. Ingin menangis tapi sudah terkuras air matanya karena terlalu sering menangis. Gadis itu kembali membulatk...