🔸Kesepakatan Kecil

1.4K 220 153
                                    

POV "ADZAR"

Malam menyapa dengan hawa dinginnya yang perlahan masuk melalui cela-cela dinding. Gua baru saja selesai dengan semua tugas sekolah.

Masih dengan rambut lembab, gua belajar materi anak kelas tiga. Mencoba memahami setiap rumus dan penjelasan yang diberikan. Dan mengabaikan keribuatan di lantai bawah.

Aaron juga sudah mandi dan sekarang berakhir bersama mama, Lucia dan adik gua Jenny. Semoga saja Aaron akan baik-baik saja bersama mereka.

Kampret!
Mendadak konsentrasi gua menghilang saat mikirin tuh anak. Berakhir menutup buku dengan cepat. Merapikan meja dan mengembalikannya ketempat semula.

"Sebaiknya gua turun." Gumam gua sembari bangkit berdiri.

Gua menuruni tangga dengan santai, mendengar tawa memenuhi rumah. Sepertinya mereka sangat bersenang-senang hingga melupakan keberadaanku.

"Kalian ngapain?" Tanya gua saat sampai diruang keluarga.

Anjing!
Gua terdiam, menatap Aaron yang terlihat tak berdaya karena menjadi kelinci percobaan mereka bertiga.

Mata itu menatap nanar kearah gua. Dan gua sendiri menahan senyuman demi melihat penampilannya yang eerrrr cukup menggoda?

Gua menggeleng.
Otak gua kayaknya udah benar-benar penuh dengan virus. Melihat Aaron membuat segalanya jadi tak terkendali.

"Cantik kok." Puji gua.

Beneran!
Aaron kayak cewek kalau rambutnya dikasih pita dan diikat seperti itu. Hanya saja rambut Aaron nggak panjang kayak anak cewek pada umumnya.

"Bener kan? Tuh apa gua bilang. Elu itu cantik." Seru Lucia girang.

Aaron cemberut.
Mukanya udah bener-bener bad mood. Kayaknya gua salah ngomong. Seharusnya nggak muji Aaron cantik.

"Manis juga." Tambah gua.

"Besok pas acara pakai jepit ya?" Saran mama.

Aaron menggeleng cepat.
Sangat antusias sembari menjauhkan kepalanya dari tangan usil mereka. Dan sepertinya gua harus buru-buru menyelamatkannya.

"Ron, ayo ke kamar. PR elu dikerjain." Terang gua.

Detik itu juga Aaron bangkit berdiri, berjalan mendekat dengan langkah cepat. Berakhir membuat kecewa mereka bertiga yang sepertinya belum puas untuk tidak menggoda Aaron.

"Elu pelit amat sih, Boss. Kita kan lum selesai mainnya." Protes Lucia.

"Iya nih kakak nggak seru." Kali ini si Jenni yang memasang wajah cemberut.

"Sekalian elu, sini mama dandanin." Seru mama mulai gila.

"Amit-amit dah." Geleng gua tuk kemudian meraih tangan Aaron dan mengajaknya ke kamar.

Kami masuk kedalam kamar. Duduk di sofa tak jauh dari balkon kamar. Tempat biasa gua bersantai di kamar sembari membaca buku atau bermain gitar.

"Elu biasa minum kagak?" Tanya gua sebelum gua berpikir ngajak nih anak minum.

"Minum apa? Kopi?" Tanya Aaron menatap gua polos.

Detik itu juga gua tersenyum.
Dari pertanyaan Aaron saja gua bisa nebak kalau nih anak belum pernah minum minuman beralkohol sedikit pun.

"Wine, bir atau koktail." Terang gua akhirnya.

Mata belok itu melotot.
Mata lebarnya semakin lebar, membuatnya benar-benar cantik dan jangan lupakan jepit rambut yang masih menempel di kepalanya.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang