🔸Kenakalan Aaron

1.3K 158 17
                                    

POV "AARON"

Fokus ini menemukan titik, menangkap gambar pada jarak yang tepat. Membidik sasaran dalam tangkapan. Tersenyum tipis saat mendapat hasil yang memuaskan.

"Great!" Ucap Dimas, menepuk bahu gua bangga.

Gua tersenyum, mengedipkan sebelah mata. Berakhir mendapat balasan senyum lembut dari bibir tipisnya. Kembali konsentrasi pada titik sasaran lainnya.

"Kayaknya elu emang bakat dibidang fotografi."

Gua menghentikan kesibukan, menoleh, mendapati bang Zaki dan bang Riswana berdiri di depan pintu klub dengan senyum tipis yang terkembang di bibir mereka.

"Bang Zak! Bang Ris!" Seru gua senang.

Sumpah.
Udah sebulan lebih gua nggak ketemu mereka. Pentolan anak Voli sekaligus kakak tingkat gua dari SMP hingga SMA sekarang.

"Masih hidup lu?!" Seru bang Zaki.

"Masihlah bang, gua ma umurnya panjang." Balas gua tak lupa mengakhirinya dengan cengiran.

"Lu lupa Zak? Biasanya kalo biang rusuh itu pasti panjang umur. Soalnya kebanyakan dosa makanya susah matinya." Seloroh bang Riswana.

"Sialan lu bang." Protes gua.

"Becanda Ron." Kekeh bang Riswana, tak lupa mencubit pipi ini gemas.

"Elu uda punya pacar belum?" Gemasnya.

"Belum bang." Jawab gua singkat.

"Mau gua cariin? Masak cowok unyuk kayak elu nggak laku sih." Kekeh bang Zaki.

Sialan!
Nyebelin banget.
Kapan coba tiap ketemu mereka gua bakal aman. Selalu saja kena becandaan.

"Tapi gua uda punya tunangan." Kekeh gua, menaikkan sebelah alis dengan memasang wajah bangga.

"Hah?!" Kompak mereka semua.

"Bohong lu?!" Pekik kak Dimas.

Gua hanya nyengir, kembali mengangkat kamera, mencari obyek yang bisa gua jadikan target untuk di foto. Mengabaikan runtutan pertanyaan dari mereka.

Berakhir diam pada satu titik, menemukan Adzar berdiri di lorong dekat taman bersama adik tingkat. Tanpa banyak pikir, gua langsung membidiknya.

"Kena lu!" Seringai setan gua terkembang.

Saatnya mencari perkara.
Bertengkar dengannya adalah hal menarik lainnya yang gua sadari saat ini. Karena hidup ini terasa sepi jika tidak membuat masalah.

"Si Lougi ngajak nongkrong nih!" Seru Riswana sembari menunjukkan ponselnya.

"Hem, nama elu di sebut nih Ron." Kekeh Zaki.

"Elah elu bang, demen amat nyari tumbal." Geleng gua.

"Gimana? Ikutan nggak? Lama juga elu kagak ikutan kumpul ma kita-kita." Riswana kembali membujuk.

Gua diam.
Berpikir dengan segala kemungkinan, karena nggak mungkin juga gua absen mulu dari alumni SMP yang sama.

Bang Zaki, Riswana dan Lougi itu kakak tingkat gua di SMP dan kami dekat sampai sekarang karena dulunya kami satu klub. Serta pernah sama-sama menjadi anggota osis.

Meski pendek begini, gua adalah player di permainan basket. Namun sekarang menjadi malas karena udah bosan dengan dunia perbasketan.

Intinya hidup itu harus menemukan hal baru lainnya yang mungkin bisa membuat gua menemukan takdir kemana gua akan mengukir masa depan. Karena mencoba hal baru itu adalah keharusan.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang