🔸Lintasan Kisah

979 115 27
                                    

POV "AARON"

Sunyi.
Suara itu tak lagi terdengar.
Dan isak kecil itu pun menghilang bersama sang malam. Hanya sepi yang menjadi sang pelatar.

Tidur ini tak lagi nyenyak.
Suara itu meski pelan namun cukup untuk bisa membuat mimpi indah dalam sang buai berakhir berantakan.

Tubuh ini bangun, duduk bersama diam saat sedikit rasa pusing mendekat dengan sendirinya. Membuat sedikit gelap karena bekas luka itu sedikit terbuka.

"Sialan! Kenapa jadi si bangke yang muncul sih? Karma kali ya?" Gumam mulut ini lirih sembari beranjak.

Sunyi.
Kaki ini melangkah tanpa menimbulkan suara, seolah gua siap untuk menjadi pencuri dalam waktu semalam karena keadaan terdesak.

Wajah itu lelap.
Tertidur di sofa dalam posisi meringkuk karena tubuhnya lebih panjang ketimbang sofa yang di tempatinya.

"Gua kerjain kan lu?" Gerutu gua pelan sembari menatapnya lekat dengan tangan bersedekap.

Nggak tega sih kalau lihat hasilnya sekarang karena gua udah bikin anak orang menangis dan merasa buruk karena sebenarnya ia tidak sepenuhnya salah.

Perkosa?
Sebenarnya ia ngerti nggak sih istilah dengan perkosa yang sesungguhnya? Bukannya dia juara kelas bahkan juara umum seangkatan? Kok begonya juga kebangetan.

Emmm...
Atau akting gua aja yang kelewat bagus sampai tuh jerapah terjebak begitu saja? Bodoh lah ya, gua udah terlanjur jadi biarin kecemplung hingga basah sekalian.

Muka gua ngedukung kali ya buat kelihatan lemah dan tak berdaya dengan sedikit linangan air mata? Tapi itu kan ajaran bang Abigael biar gua bisa lari dari cengkraman serigala.

Bamm!
Gua praktekin ke si jerapah malah nih anak mentalnya jatuh. Gua jadi bingung sekarang harus gimana? Ntar kalau gua bilang ngerjain tuh anak malah merkosa gua beneran gimana coba?

Aish...
Ribet amat sih kalau berurusan ma anak baik-baik tapi mudah kena kibulin dan lagi bapernya nggak ketulungan.

Tangan ini bergerak menggaruk kepala, menatap bersalah Adzar yang terlelap. Namun tak berniat meminta maaf. Kan gua udah maafin dia.

Anggap saja impas kan? Alasannya :
1. Dia uda ngunciin gua di kamar hotel hingga gua kelaparan dan nggak bisa makan siang. Emang dia pikir gua bakal kabur apa? Kebangetan dah!
2. Neriaki gua tanpa sebab yang mendadak bikin gua keder.
3. Manggil gua manis dan imut.
4. Ditambah nyematin kata cantik dengan penuh percaya diri.
5. Ngebiarin bawahannya manggil gua Nyonya muda. Ya meski itu bukan salahnya sih.

"Ck! Pusing kan gua." Gumam mulut ini serba salah.

Lagian juga kok bisa nih jerapah sange segala. Orang gua kagak ngapa-ngapain. Ngegoda kagak, bertingkah binal di depannya juga enggak. Trus dari segi mana coba gua ngerayunya?

Emang dah!
Sekali mesum ya sampai kemana pun tetep aja mesum. Kalo nggak nyipok ya ngajak ribut. Ya emang cuma dua itu doank sih kerjaannya.

"Sorry ye udah bikin elu nggak enak hati." Gumam gua lirih sembari mendekatkan wajah padanya. Menyamakan posisi.

"Lain kali gua nggak bakal lebay dah. Elu orangnya nggak seru, gampang seriusan." Lanjut mulut ini, tak lupa ujung ibu jari ini menyeka sisa air mata akibat rasa frustasinya.

Anjing!
Gua sedikit berjingkat saat mata itu terbuka perlahan. Terlihat jika ia sangat lelah dengan tatapan sayunya.

"Kenapa tidur di sofa?" Tanya gua kalem.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang