🔸Pengakuan "Suara Hati"

719 106 25
                                    

POV"ADZAR"

Hatsim!
Entah ini yang keberapa kalinya gua bersin. Ternyata maksud dari beres-beres studio itu benar-benar pembersihan dalam skala besar.

Debu.
Bahkan beberapa sarang laba-laba yang tak terjangkau pembersihan pada umumnya mendapat perhatian dari Aaron.

"Gua istirahat." Putus gua akhirnya setelah seluruh tenaga terkuras sepenuhnya.

Dua jam njir!
Nih beneran berasa di kerjain gua. Mingguan dengan acara bersih-bersih bukan jalan-jalan. Berdua doank lagi.

"Hem. Tolong ambilin poster di dalam laci." Pinta Aaron yang saat ini sedang sibuk menyisahkan dinding kosong.

"Oke." Setuju gua dan beralih berjalan menuju laci yang sepertinya cukup rahasia.

Hem?!
Kening ini mengkerut menatap figura yang diletakkan terbalik. Mengambilnya dengan hati penasaran.

"Ah! Nggak jadi. Jangan buk----" Ucapan itu terputus tepat ketika tangan ini membalik dan mendapati sesuatu dari dalam figura itu.

"Buruan balikiiiin!" Teriak Aaron muntap.

Kepala ini menggeleng cepat.
Menjauhkan figura dari jangkauan tangan Aaron yang saat ini sedang melompat, berusaha mengambil alih figura.

"Ck! Nyebelin amat si lu?!" Kesalnya.

Bodoh dah!
Gua mengabaikan amukan Aaron. Otak, hati dan mata ini fokus menatap figura sembari sesekali menatap Aaron.

Damm!
Gua merasa bego beneran sekarang.
Wajar jika gua memiliki perasaan pernah melihat Aaron sebelumnya.

"Sakura??!" Mata ini menatap tajam Aaron yang wajahnya mendadak berubah merah padam.

"Sialan! Buruan balikin?!" Nada ketus namun bertolak belakang dengan wajahnya yang memerah.

"Jadi itu elu?!"

Sumpah!
Otak gua ngadat karena kaget.
Sialan!
Jadi selama ini foto di ponsel yang gua simpan sejak kelas satu SMP itu ternyata foto Aaron?!

"Jadi elu otaku?!" Nada gua masih tidak biasa.

"Bangke! Gua bukan otaku. Cuma kalah taruhan aja jadi ujungnya make baju begituan." Kesalnya dengan nada ketus.

Astaga!
Jadi ujungnya perasaan gua emang tertuju sama nih anak kecebong. Gegara tuh kejadian gua ngasih jarak ke Dinda buat kagak masuk ke hati gua.

"Oke. Terus elu ngapain ke sekolah gua pake begituan? Berhasil jadi pusat perhatian pula." Entah kenapa sekarang gua malah emosi jika mengingat kejadian itu.

Sialan!
Cemburu gua!
Ingat jika banyak anak cowok yang kagum dan minta fotonya termasuk gua yang mendadak sakit jantung setelah tabrakan di toilet cowok dan tak sengaja mencium keningnya.

"Gua kan ada lomba di sekolah elu. Lagian ngapain juga elu emosi begitu?" Aaron mengerutkan kening tak paham.

Gua diam.
Memilih duduk di sofa panjang tak jauh dari nakas. Menenangkan diri adalah pilihan terbaik saat ini.

"Woi!" Suara itu semakin kesal.

Sungguh!
Dunia ini terasa begitu sempit sekarang. Takdir terkadang memang benar-benar luar biasa. Bahkan tampak menipu.

Bruk!
Gua menjatuhkan Aaron di sofa saat tangan itu hendak mengambil figura di tangan. Memanfaatkan kesempatan.

"Ck! Elu pindah nggak?!" Protesnya mencoba melepaskan kuncian ini.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang