POV "AARON"
Hehehe
Hehehe
Bibir ini tak berhenti tersenyum demi sebuah keberuntungan tak terduga.Es krim rasa vanila oreo (Mcflurry Oreo) ukuran jumbo, big mac, french fries, paket panas 2 tanpa nasi, chicken snack wrap dan Iced coffee float. Semua ludes dalam waktu tiga puluh menit.
Sisa uang gua masih banyak. Dan gua bingung gimana mau ngehabisinnya. Secara jarang-jarang gua dapat duit sebanyak itu.
Nyokap gua itu pelit. Perhitungannya nyekik mampus. Minta sesuatu sama dia tuh butuh banyak persiapan mental dan kadang pengorbanan yang nggak masuk akal.
Tapi kalau masalah motong uang jajan tuh mak lampir paling cepat geraknya. Udah gitu motongnya sampai tipis dan bikin gua nangis karena berasa jadi anak tiri.
"Gua simpan aja kali ya. Siapa tahu ntar gua butuh buat hal lainnya." Gumam gua sembari melangkah keluar dari Mc. D
Anjir!
Gua kenyang banget.
Dan sekarang gua butuh eksersais buat nurunin lemak perut atau paling nggak ngelakuin sesuatu yang ngebutuhin energi."Woi bro! Lama nunggunya?"
Senyum ini mendadak terkembang saat empat motor gede berhenti didepan gua tepat. Membuka helm fullface-nya.
"Nggak kok. Gua makan dulu barusan." Seru gua senang.
"Ayo!" Ajaknya.
Detik itu juga gua beranjak. Naik kebocengan dengan antusias. Karena malam ini waktunya menikmati sedikit kegilaan.
Kami melaju dengan kecepatan sedang. Udara malam ibu kota cukup dingin malam ini. Dan gua kagak bawa jaket. Gengsi buat pinjem punya si tiang listrik.
"Kita sampai." Seru sahabat gua Dino setelah memarkir motor ditempat parkir. Tepatnya Dino Bastara.
Ia melepaskan helm, wajah tampannya kembali terlihat dengan jelas. Berkulit Tan dengan rambut cepat. Hidung mancung, beralis tebal dengan bibir tipis merah merona.
Gua suka dengan dagu belahnya, cocok dengan matanya yang teduh. Bukan tipe cowok yang memiliki mata tajam. Tingginya juga standar 172 cm.
"Ayo masuk!"
Itu suara Haki Lewin, bertubuh kurus tinggi dengan kulit putih kemerahan sedikit bintik. Cowok blasteran Prancis yang kalau ngomong bahasa Inggris belepotan.
Gua suka matanya yang bentuknya mirip kucing, warnanya juga hazel dengan rambut merah kecoklatan. Bibir merah muda pucat. Hidung mancungnya sempurna meski tak sebagus punya abang gua, Abigael.
"Elu duluan. Siapin semuanya." Seru gua.
"Lewi semangat amat." Kekeh Melofa Genno.
Nah kalau nih manusia kalem yang gantengnya setara ma Brazon sahabat si Jerapah. Muka tirus pas dengan hidung mancung, bibir tipis, bulu mata lentik, alis super tebal dan mata tajamnya yang sedikit sipit.
Berkulit putih tapi nggak seputih gua. Anak basket waktu masih SMP dan tetap begitu sampai sekarang. Tinggi 170 cm. Jauh kalau dibandingkan ma genk Kiwi.
"Soalnya kan kita udah lama kagak kumpul bareng. Wajar kalau tuh anak begitu." Suara itu dewasa.
Satu-satunya sahabat gua yang paling pinter di bidang akademik. Selalu juara umum disekolah dan sekarang menjabat sebagai ketua osis disekolahnya.
Namanya Binu Warren.
Asli cowok indonesia dengan kulit sawo matangnya yang bersih. Rambut cepak dengan tinggi 176 cm. Cowok paling tinggi diantara kami semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BOSS
Fiksi RemajaBagaimana rasanya kalau elu dicium musuh bebuyutan elu? Bahkan itu adalah ciuman pertama elu. Elu membencinya selama dua tahun ini, karena keberadaannya meredupkan aura elu yang hampir tenggelam. Seberusaha apapun elu tetap satu kelas dengannya sej...