🔸Menapaki Jalan itu

401 51 23
                                    

POV "AARON"

Nyut!
Kepala gua pusing.
Sepertinya terlalu banyak bermain membuat tubuh ini kurang asupan gizi.

"Babi!" Kaget gua saat membuka mata menemukan wajah Jenny tepat di depan wajah ini.

"Ngapain lu bocah?!" Gemas gua sembari beranjak duduk, bersandar pada kepala kasur, mendorong wajah itu untuk menjauh.

"Main lagi yuk?" Ajaknya yang langsung bikin denyutan di kepala ini sakitnya dua kali lipat.

"Capek gua. Kurang darah gua karena kebanyakan lari. Elu sih, ngejerin gua mulu." Protes gua kesal.

"Habis kak Aaron ngegemesin sih kayak si DukDuk." Ucapnya menyamakan gua dengan boneka bebeknya.

Sialan emang nih bocah!
Gua beranjak, menggeser Jenny untuk memberi jalan namun berakhir jatuh terduduk di lantai.

"Kak Aaron?!" Teriak Jenny kaget.

"Kampret! Keras amat sih suara elu?!" Kesal gua karena kepala ini semakin berdenyut hebat setelah mendengar teriakannya.

"Boss?!" Teriak Jenny makin kurang ajar yang menit berikutnya tuh tiang listrik muncul dengan napas ngos-ngosan.

"Ada apa?" Wajah itu terlihat khawatir.

"Bini lu jatuh nih. Gua kagak kuat kalo di suruh ngegendong." Jelasnya langsung bikin gua naik darah.

Anjir!
Bangsat!
Sialan nih bocah bencana!

"Woi! Bocah! Emang gua minta elu buat gendong gua, hah?!" Delik gua kesal. "Sialan! Drama aja lu!" Lanjut mulut ini menatapnya tajam.

"Lu baik-baik aja, Ron?" Ia berjalan cepat mendekat. Meraih tubuh ini.

"Ck!" Gua menepis tangan itu cepat. "Gua kagak serapuh itu, bangsat!" Marah gua.

Anjir!
Kenapa gua sensian sih pagi-pagi begini? Lagian nih bocah bikin gua keki aja. Bad mood kan gua sekarang.

"Gua lapar." Mulut ini beralih menatap Adzar tajam.

"Oke. Gua ambilin sarapan elu. Sebaiknya istirahat di kasur." Setujunya diakhiri dengan nasehat.

"Hem." Angguk kepala ini dan kembali duduk bersandar di atas kasur.

"Eh kak, kapan itu kakak sepupu gua di bandung juga bangun tidur jatuh kayak elu gini. Pusing mau pingsan katanya." Cerocos Jenny.

"Masih di sini lu? Suh! Minggat sana!" Usir gua kesal.

Bebal.
Tuh bocah malah berjalan mendekat, duduk di pinggiran kasur tak jauh dari ujung kaki. Menatap diri ini lekat. Tatapan yang bikin risih.

"Apaan?!" Kesabaran ini sudah diambang batas.

"Lemah, lesu, pucat terus bawaan sensian mulu." Jelasnya makin songong.

Gua manyun.
Menatap Jenny dengan sedikit ogah tapi hati ini masih penasaran dengan lanjutan ucapannya yang ambigu itu.

"Elu tahu kenapa?" Matanya menatap tak berkedip.

"Enggak! Emang kenapa?" Ketus mulut ini.

Sialan!
Gua kepancing ma nih bocah kelas 2 SD. Bangke sialan! Kok bisa gua kalah ma anak di bawah umur, sih?!

"Hamil dua bulan." Jawabnya.

Nyut!
Kali ini sakit kepala gua terasa berkali-kali lipat. Gua mengatupkan rahang kuat, mengambil bantal guling dengan geram.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang