POV "AARON"
Senin yang dingin.
Udara pagi terasa sedikit menusuk dengan angin sepoinya yang tak bersahabat. Langit pun sedikit gelap dengan gumpalan awan hitamnya.Namun, sang mentari masih tetap mencoba bertahan dengan cahayanya untuk memberi sedikit hangat. Dan kantin masih sepi seperti biasanya. Hanya segelintir anak yang nongkrong di jam segini.
"Wah, ganti ni kayaknya menu sarapan elu?" Suara itu benar-benar menyebalkan.
"Masalah buat elu?" Sulut gua dengan mulut penuh mie ayam.
"Enggak sih. Biasanya juga bakso. Tumbenan elu makan mie ayam." Kemal duduk di samping gua dengan semangkok soto dan sepiring nasi.
"Cece Lala nggak bikin bakso. Ganti menu dulu katanya." Seru gua dengan sedikit lesu.
"Batagor lebih ringan tuh atau siomay." Serunya.
"Pagi-pagi malas makan yang berbumbu kacang." Tepis gua cepat.
Sejujurnya.
Gua bosan ma tuh makanan.
Yang nggak pernah bosan ya bakso doank. Nih mie ayam yang bisa gua jadiin alternatif sekarang."Gimana apartemen kalian?" Tanya Kemal saat gua menyuapkan mie kedalam mulut.
Uhuk!
Sialan!
Sakit tenggorokan gua karena pedasnya kuah mie. Menoleh menatap Kemal dengan mata sedikit berair.Alis itu naik turun dengan senyum mesum yang terpasang sempurna. Jadi jangan salahkan tangan ini yang tak bisa bertahan tetap di tempatnya untuk tidak melakukan sesuatu.
Plak!
Gua geplak tuh muka sekuat tenaga. Membuat kemal mengumpat dengan mulut penuh nasi soto. Syukurin tuh! Nikmati aja gaplokan manja dari tangan bang Aaron."Anjing! Ini muka, Ron! Bukan samsak!" Pekiknya setelah menelan makanannya secara paksa.
"Karena tahu itu muka elu makanya gua gaplok." Jawab mulut ini enteng.
"Sialan lu! Nih muka gua perawatannya mahal, njir!" Omelnya.
"Lagian dari mana elu tahu kalau gua ma Adzar lagi ngurusin apartemen?" Tanya gua penasaran.
"Lha, itu kan bisnis bokap gua. Ya wajarlah gua tahu." Cengirnya menaikkan sebelah alis, memasang wajah sombong.
"Oh!" Gua hanya ber oh ria sembari mengangguk.
Sialan!
Jika nih anak tahu pasti sisanya juga bakal tahu. Sepertinya memang susah sekali menyimpan rahasia rumah tangga pada mereka."Kalo pindah rumah jangan lupa undang kita buat pesta. Oke?"
Hufth!
Dak!
Gua hanya bisa menghela napas panjang sembari menjatuhkan kening pada meja. Menyerah dengan segalanya.Brazon duduk di kursi depan tepat berhadapan dengan Kemal. Gua masih meratapi nasib, kenapa sedikit pun tak ada rahasia di antara mereka semua?!
"Wah! Kenapa kalian pada ngeroyok unyuk?" Itu suara Haska.
Jika ada Haska pasti Dave bersamanya. Artinya mereka sekarang datang untuk melakukan penyerangan ke gua. Kan biasanya gua yang bikin ulah ke mereka.
Oke!
Gua Aaron.
Jangan sampai jatuh hanya karena godaan laknat dari mereka yang gua yakin udah direncanakan sejak tahu berita itu."Ce, batagor donk satu!" Seru Dave memesan menu sarapan.
"Oke!" Seru Ce Lala.
Ck!
Mana nih Intan ma Pilga.
Nggak seru kalo nggak ada mereka.
Tapi bukan Aaron Nugraha kalau gua sampai jatuh gegara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BOSS
أدب المراهقينBagaimana rasanya kalau elu dicium musuh bebuyutan elu? Bahkan itu adalah ciuman pertama elu. Elu membencinya selama dua tahun ini, karena keberadaannya meredupkan aura elu yang hampir tenggelam. Seberusaha apapun elu tetap satu kelas dengannya sej...