🔸Realita Kisah

2.1K 233 138
                                    

POV "ADZAR"

Minggu cerah.
Hati dan jiwa ini sudah bisa menerima semua kenyataan yang sebelumnya seperti sebuah mimpi buruk.

Gua hanya ingin patuh.
Jadi anak yang bisa membuat mereka bahagia karena selama ini mereka tidak pernah melarang gua buat membangun semua mimpi gua.

Mereka ada untuk gua.
Mereka selalu memberi hangat dan kebahagiaan buat anak-anaknya. Sebuah alasan yang bikin gua sayang pada mereka berdua.

Bahkan menjadi alasan untuk tak menolak semua rencana gila yang mungkin nantinya bikin hidup gua kesepian karena nggak bakal punya anak.

Dast!
Sialan!
Kesadaran ini kembali saat bola basket masuk kedalam ring. Melamun membuat gua nggak sadar kalo bola ditangan gua udah raib.

"Kenapa lu?!" Seru Kemal sembari melempar bola kembali kearah gua.

Grab!
Dengan cepat gua tangkap tuh bola. Kembali melakukam dribel. Kali ini tubuh ini bergerak lincah menuju ring.

Dast!
Bola masuk dengan sempurna. Detik berikutnya tangan Haska meraih bola dengan cepat dan bergerak untuk mencetak angka.

"Zon?! Blok!" Seru gua memberi perintah.

Brazon Haga, sahabat sekaligus anggota tim basket. Berkulit Tan dengan rambut cepak. Hidungnya mancung dengan bibir tipis merah muda.

Bermata tajam dengan garis jelas, beralis tebal dengan rahang sedikit panjang. Ganteng dengan tinggi 181 cm. Cowok blasteran Kanada.

"Siap!" Teriaknya sembari bergerak mengikuti perintah.

"Kino, cari jalan!" Pekik Kemal.

Kino Ehren, Cowok putih tinggi berkewarganegaraan Jerman dengan darah campuran China itu bergerak gesit. Memblok balik gerakan Brazon.

Berperawakan tinggi kurus namun gesit. Gua suka hidung mancungnya meski tak sebagus hidung abangnya si unyuk Aaron. Paduannya pas dengan alis sedang, mata dengan garis jelas namun sendu.

Bibir tipisnya merah pucat, dengan bentuk rahang sedikit panjang. Sedikit lebih pendek dari Brazon. Tingginya 180 cm dengan rambut coklat kemerahan pas dengan kulit putihnya.

"Dav?! Bertahan!" Seru gua tak mau kalah.

"Yoi Bro!" Jawabnya sembari membantu Brazon untuk merebut bola.

Dave Wong.
Cowok tinggi kedua setelah gua di sekolah ini. Tingginya 185 cm. Dan semua tim basket memiliki tinggi di atas rata-rata.

Asli anak China tapi berwarga negara Indonesia. Berkulit putih kayak Aaron namun bermata sipit. Hidungnya mancung dengan alis sedang dan wajah sedikit bulat.

Bibir tipis merah pucat. Rambutnya cepak seperti anak sekolahan pada umumnya. Dan kami semua adalah sahabat begitu juga orang tua kami.

"Boss?!" Teriak Brazon.

Grab!
Bola berpindah tangan. Gua bergerak cepat menuju ring dan kembali mencetak gol. Tersenyum miring kearah Haska yang tak berhasil merebut bola.

Kami bermain three on three.
Dilapangan basket belakang rumah gua. Menghabiskan akhir pekan dengan berkumpul bersama.

"Rehat!" Seru Kemal.

Ia keluar lapangan.
Duduk di atas rerumputan sembari meraih air minum yang disediakan pembantu rumah seperti biasanya.

"Gua juga." Brazon pun tumbang.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang