🔸Siklus

559 71 10
                                    

POV "AARON"

Lelah.
Mata ini mengedar, melihat semua peralatan telah di kembalikan ke tempatnya. Rapi dan bersih seperti sediakala.

Haus.
Dua botol minuman dingin masih terasa belum cukup untuk mengembalikan kesegaran tubuh. Rasa lelah itu benar-benar luar biasa.

"Ron, kita balik sekarang. Udah jam sebelas malam." Suara Adzar mengalihkan atensi dari ratapan kelelahan.

"Hem. Baiklah. Gua butuh mandi sekarang." Kepalan ini mengangguk setuju, meraih tas berisi pakaian manggung.

"Besok kita bebas buat nggak ke sekolah." Beritahunya saat kami berjalan menyusuri koridor sekolah.

Lega.
Tapi sekarang gua bener-bener kehabisan tenaga. Berakhir berhenti berjalan, berjongkok untuk beristirahat.

"Ada apa?" Adzar menghentikan langkahnya.

"Lesu gua." Seru gua.

Ia berjalan mendekat, berjongkok membelakangi, "ayo naik." Pintanya memberikan punggungnya.

Tak butuh waktu lama.
Gua naik ke punggung itu, melingkarkan tangan pada leher. Menyandarkan kepala di bahunya saat ia bangkit berdiri dan kembali berjalan.

"Masih bisa buat makan malam nggak?" Tanyanya pelan.

"Nggak kayaknya. Gua butuh istirahat." Jawab gua sembari memejamkan mata.

Perasaan ini nyaman.
Aroma wangi yang lembut menguar dari tubuh Adzar. Membuat rasa kantuk mendekat dengan hangat yang nyaman.

Lelah.
Kegelisahan dan semua pikiran berat menghilang. Meninggalkan sunyi yang membuat hati ini terasa tenang.

"Ron?"

Gua membuka mata, menatap tak berkedip apartemen. Sadar jika rasa tenang tadi adalah waktu tidur yang tak gua sadari jika waktu telah membuat segalanya berlalu dengan sangat cepat.

"Sebaiknya mandi baru tidur." Nasehatnya.

Gua mengangguk.
Menurunkan kaki ke lantai, duduk bergeser pada bibir sofa. Mengumpulkan nyawa secepat mungkin.

"Sudah lama kita sampai?" Tanya gua menatap Adzar yang sedang mengeringkan rambut.

"Satu jam yang lalu." Jawabnya santai.

"Sepertinya gua udah lama tidur." Seru ku sembari beranjak bangun, meraih handuk yang disodorkannya.

"Hem, cukup untuk mengisi tenaga." Angguknya.

Benar juga.
Tubuh ini terasa sedikit lebih segar dan ringan setelah tertidur selama hampir dua jam. Dan kerja otak juga mulai normal.

"Gua rasa susu coklat hangat bukan masalah." Seru gua sebelum menutup pintu kamar mandi.

Segar.
Lelah itu menghilang perlahan bersama air yang turun dari shower, menyuntikkan dingin pada setiap pori-pori yang dilaluinya.

Lima belas menit.
Gua keluar kamar mandi dengan handuk menutupi tubuh bagian bawah. Aroma jeruk dari sabun mandi cukup menyegarkan.

"Sepi amat. Kemana tuh orang?" Gumam mulut ini dengan tangan sibuk mengenakan pakaian tidur.

Kosong.
Gua tak mendapati keberadaan Adzar selain susu coklat yang mengepulkan asap dari dalam mug yang diletakkan di atas meja makan.

"Serahlah." Gua menyerah untuk berpikir lebih lama.

Slurrrrppp!
Seruputan susu coklat terasa nikmat bersama sunyi. Dan perlahan rasa lapar itu pun muncul saat hangatnya susu sampai pada pencernaan.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang