POV "ADZAR"
Petang meramba dengan hangat yang menjanjikan semua ceria. Mengabaikan jika hati ini mulai terasa berat saat mata melihat jarum jam terus berputar pada setiap angka yang di lewatinya.
Helaan napas ini pun sudah yang kesekian kalinya. Mencoba mengendalikan diri dengan semua kesabaran yang gua bangun sedemikian rupa. Karena emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Jam 18.05 Wib.
Gua pijat pelipis, mencoba menetralisir gemuruh kemarahan. Mengatupkan rahang mencoba untuk tidak berpikir berlebihan.Gua sudah rapi.
Mengenakan kaos putih dengan motif koran berbahasa Jerman. Celana hitam pendek dan sendal warna hitam. Tak lupa mengenakan kacamata seperti biasanya.18.15 Wib.
Hembusan napas ini keluar dari mulut, lega karena Aaron telah berdiri di depan pintu dengan pakaian rapi. Terlihat sangat cantik dan memesona.Amarah ini surut.
Gemuruh kesal menghilang dalam sekejap saat bibir itu mengembangkan seutas senyuman hangat yang menyejukkan hati.Kaos hitam bertuliskan i am yours dengan celana hijau armi di atas mata kaki. Bersepatu kets dengan topi hitam melekat setia di atas kepala. Semuanya terasa pas pada tubuh itu.
Sekali lagi gua menghela napas.
Ini kah yang dinamakan cinta?
Semua kemarahan dan kekesalan dengan cepat menghilang saat mata ini menemukan keberadaannya.Senang.
Bahagia dengan gemuruh detak jantung yang menyesakkan karena kebahagiaan itu naik meluap hingga meluber ke permukaan."Sorry, gua telat." Ia nyengir.
Dan anehnya itu membuatnya terlihat semakin tampan dan imut secara bersamaan. Sepertinya perasaan ini sudah tak tertolong lagi. Artinya gua sudah jatuh terperosok lebih dalam.
"Hem." Angguk gua sembari bangkit berdiri, "kita pergi sekarang sebelum semakin malam." Lanjut gua, berjalan mendekat padanya.
Ia mengangguk, keluar lebih dulu membuat diri ini berjalan dibelakangnya, menatap punggung sempit itu dalam diam. Mendadak kerinduan ini menyeruak bersama sang malam.
Grab!
Tangan ini bergerak cepat, meraih pergelangan tangan Aaron. Menghentikan tangan itu meraih pegangan pintu mobil. Membuat ia menoleh dengan menatap diri ini kaget."Ada ap..." Pertanyaan itu terputus.
Gua meraup bibirnya, menghisapnya dalam membuatnya gelagapan namun perlahan tubuh itu mengendur, diam tanpa melakukan perlawanan.
Diri ini masih bertahan, berharap ia memberikan balasan. Karena jika tidak, mungkin hati ini akan sedikit terluka. Artinya ia tidak menginginkan gua untuk menaklukannya.
Tak ada balasan, gua menghentikan ciuman, sedikit menjauhkan wajah, menatap mata itu sendu dengan sedikit luka yang mendekat. Merasakan jika patah hati itu rasanya sangat sakit.
Namun detik berikutnya hati ini dibuatnya kembali melayang ke angkasa saat tangan lentik itu meraih tengkuk, menempelkan bibirnya, menghisap bibir ini dalam.
Gayung bersambut dan deru jantung ini bertalu bercampur aduk dengan semua rasa. Cinta, hasrat, kehangatan bahkan rasa ingin memiliki seutuhnya. Segalanya menyatu seperti gado-gado.
"Engh." Lenguhnya saat tangan ini bergerak meremat bongkahan pantat yang terbalut jeans.
Otak gua ngadat.
Napsu pun mulai mendekat saat hasrat menjajah kewarasan dengan semua suguhan lezat yang dipaparkan.Lumatan, hisapan, kecipak kecil dan lelehan tipis saliva menjadi gambaran semua panas yang terbelunggu dalam waktu. Membuat mata ini bergerak dengan segala nafsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BOSS
Roman pour AdolescentsBagaimana rasanya kalau elu dicium musuh bebuyutan elu? Bahkan itu adalah ciuman pertama elu. Elu membencinya selama dua tahun ini, karena keberadaannya meredupkan aura elu yang hampir tenggelam. Seberusaha apapun elu tetap satu kelas dengannya sej...