POV "ADZAR"
Menyebalkan!
Hati dan otak ini benar-benar ingin berkerja sama untuk menenggelamkan seseorang dalam lautan dalam.Bangsat!
Tai bangke!
Sueg!
Sialan!Slurrrrrppp!
Gua emosi!
Tingkat parah!
Dan hanya bisa terlampiaskan pada seruputan es yang sejak tadi telah tandas.Bamma!
Sejak kapan tuh bocah jadi biang masalah untuk kencan kami berdua, hah?! Datang tak diundang dan sekarang menghancurkan keharmonisan hubungan yang sialnya baru kami bangun."Lu ngapain sih ngekorin kita?!" Kesal gua saat Aaron sedang sibuk memesan makanan untuk kami semua.
"Elu pikir gua bakal biarin dia cuma berdua sama elu?! Jangan mimpi!" Ucapnya tajam.
Gua menggela napas.
Menggulung lidah dalam mulut, menahan emosi untuk tidak melempar nih anak kehutan amazon atau dunia antabrantah sekalian."Elu gila yak!" Geleng gua setelah mampu menahan kemarahan.
Bibir itu tersenyum licik, sangat licik. Menyeruput es dengan santai seolah semua gangguan yang ia buat telah berhasil menghancurkan kebahagiaan ini.
Perfect!
Tuh bocah memang telah berhasil menghancurkan kebahagiaan ini namun gua nggak akan ngebiarin semua ini berjalan terlalu lama."Yah! Gua emang gila! Gila buat ngejadiin Aaron milik gua." Tegasnya dengan penuh percaya diri.
Nyut!
Kepala gua pusing.
Emosi udah naik ke ubun-ubun, siap meledak kapan saja jika tersenggol atau tersentuh sekali lagi."Gua kira elu pintar. Tapi ternyata pintar dan bego itu jaraknya sangat tipis. Hampir nggak terlihat."
Sial!
Gua udah nggak bisa nahan diri lagi demi tuh sikap angkuh yang sepertinya sengaja buat ngajak ribut. Memancing permasalahan."Gua kira bokap elu diundang dan dari buku kehadiran nama dan tandatangannya tertera di sana. Artinya elu juga pasti tahu apa status gua buat Aaron." Ucap gua tenang.
Waspada.
Mata ini mengedar, memastikan jika Aaron tak akan mendengar pertentangan kami berdua bahkan adu mulut yang mulai melewati perjanjian."Elu?!" Bacot itu tak lagi bisa melanjutkan kata-katanya.
"Status kami berjalan udah hampir empat bulan. Elu pikir hubungan kami hanya sebatas makan, antar jemput sekolah, nongkrong dan ngobrol, hah?!" Mulut ini mulai menyalakan api kompor.
Bibir itu terkatup rapat. Rahangnya mengeras demi menahan diri untuk tidak muntap. Tangannya meremat gelas berisi jus yang masih tinggal setengah.
Huh!
Gua menghela napas dalam diam, sadar jika mulut ini telah melewati batasan. Jika Aaron tahu mungkin sepatu Aaron sudah melayang indah di muka gua."Gua bakal pastiin jika hubungan kalian bakal hancur! Dan Aaron akan jadi milik gua." Tegasnya tak menyerah.
"Silahkan! Gua pengen lihat seberapa mampu elu nyari masalah. Cuma elu kudu ingat satu hal, apapun yang dibangun oleh seorang Viza Baladraf tak akan semudah itu dihancurkan." Tantang gua dengan mengancam diakhir.
Sorry bang.
Gua terpaksa nyeret nama elu. Karena segalanya akan semakin buruk jika dia yang turun tangan saat orang-orang terdekatnya terancam.Sunyi.
Wajah itu membeku dengan tatapan tajam yang menyimpan sedikit keterkejutan. Detik berikutnya terpasang wajah berat."Oke! Elu menang kali ini." Gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG BOSS
أدب المراهقينBagaimana rasanya kalau elu dicium musuh bebuyutan elu? Bahkan itu adalah ciuman pertama elu. Elu membencinya selama dua tahun ini, karena keberadaannya meredupkan aura elu yang hampir tenggelam. Seberusaha apapun elu tetap satu kelas dengannya sej...