🔸Cinta dan Amarah

1.6K 231 141
                                    

POV "ADZAR"

Bruk!
Gua rebahin badan di atas kasur. Mengatur kembali emosi karena ulah si Aaron yang benar-benar menyebalkan.

Oke!
Sumpah!
Hati ini rasanya benar-benar sakit karena ucapannya yang asal ngejeplak itu.

Gua sadar.
Hanya gua yang perlahan mulai menyerahkan hati karena perasaan ini sudah jatuh untuknya.

Tapi,
Ucapan itu benar-benar menusuk. Menyakiti hati ini dengan jelas. Dan berakhir membuat gua patah hati sebelum berjuang.

Aaron normal.
Gua sangat tahu itu karena gua juga awalnya begitu sebelum Aaron menghancurkan segalanya karena kesepakatan orang tua.

"Sebaiknya gua mandi." Putus gua akhirnya.

Mungkin guyuran air shower bisa ngebikin otak gua adem. Dan mulai berpikir segalanya dengan lebih tenang tanpa mendulukan ego.

Benar saja.
Kepala ini mendadak dingin setelah tersiram air hangat. Membersihkan badan dan rambut dari lengketnya keringat.

Gua menghela napas.
Memikirkan kembali percakapan kami yang dari pagi hingga petang membuat segalanya berakhir canggung.

"Mungkin gua berlebihan." Gumam gua lirih.

Gua raih handuk setelah mematikan kran. Mengeringkan rambut yang basah dan berakhir mengeringkan badan. Tuk kemudian beranjak keluar.

Tunggu!
Gua urung mengambil baju tidur saat otak ini kembali bekerja dengan baik. Memikirkan kesalahan kecil yang gua lakukan.

"Anjing!" Teriak gua.

Gua buru-buru berlari menuju meja belajar. Mengambil dompet di atas tas dan membuka isinya. Berakhir menghela napas panjang karena sebuah kecerobohan.

Sialan!
Gua salah ngasih duit ke Aaron.
Itu duit buat bayar tagihan listrik kafe bang Viza yang dititipin gua kemaren malam.

"Aish! Kenapa pula gua ceroboh sih." Keluh gua kesal.

Kampret!
Dan tuh anak nyampai rumah dengan selamat kagak dengan bawa duit tunai sebanyak itu?

Bangke!
Otak gua mendadak panas dengan semua pemikiran gua yang pendek hanya karena mendahulukan hati yang disakiti.

"Sialan lu, Ron!" Kesal gua.

Dan detik berikutnya gua beralih mengambil baju kaos, celana denim hitam dan tak lupa sweater. Karena udara malam ini sedikit lebih dingin dari biasanya.

"Bisa digorok beneran gua kalau tuh anak kagak balik dengan selamat." Dumel gua sembari berpakaian dengan buru-buru.

Aaron itu unik.
Sangking uniknya ngebikin dia itu rada bego sama sekitar. Dan bikin gua pusing dengan tingkah nggak masuk diakalnya.

"Sepatu!" Seru gua berjalan menuju lemari sepatu dan mengenakannya dengan buru-buru.

Sepuluh menit berikutnya semuanya telah selesai. Gua berakhir menyambar kunci mobil, ponsel dan dompet. Ketiganya itu hal penting yang nggak boleh ketinggalan.

"Angkat bodoh!" Seru gua saat Aaron tak kunjung menerima panggilan.

Bedebah!
Nih akak bener-bener ngeselin. Gua marah tuh bocah tengik ikutan marah. Harusnya dia sadar, kalau tuh bacot udah kelewat ngamplas.

"Elu mau kemana?" Suara Lucia menghentikan langkah gua menuju ruang utama.

"Keluar bentar. Ada perlu." Jawab gua sembari berjalan cepat menuju pintu utama.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang