🔸Problematika

484 73 17
                                    

POV "AARON"

Bedebah!
Badan gua rasanya remuk sampai ke tulang. Bahkan energi pun menghilang seperti tersedot sepenuhnya.

Gua meringis, mencoba bergerak sedikit dan rasa sakit itu akan datang dengan sangat kejam. Pinggang gua seperti mau patah, benar-benar sakit.

"Rasa nikmat itu selalu memiliki resiko di dalamnya." Gumam gua mencoba untuk bangun.

"Udah bangun?"

Ah shit!
Gua nggak bisa kabur sekarang!
Dan gua nggak punya keberanian untuk menatap wajah itu. Benar-benar memalukan.

"Hem." Gumam mulut ini sembari berpaling darinya, menghindari kontak mata.

Cup!
Gua terkesiap, menoleh, menyesal diakhir karena sekarang mata kami bertemu. Kecupan di kening membuat diri ini lupa.

"Selamat pagi." Sapanya.

"Pagi." Wajah pun berakhir terasa panas.

Sialan!
Sepertinya gua terjebak sekarang. Merasakan romantisme di pagi hari adalah sesuatu yang tak pernah gua pikirkan. Apa lagi dibayangkan!!

"Sebaiknya kita mandi, gua udah siapin air hangat di bath up." Ucapnya.

"Argk!" Pekik gua, rasa sakit itu kembali terasa menyebar di seluruh pinggang.

"Woi! Tiang listrik!" Pekik gua kaget saat ia mengangkat tubuh ini dalam gendongannya.

"Kita mandi bersama." Jelasnya.

"Gua mau mandi sendiri!" Tolak gua cepat.

"Mandi bersama!" Tegasnya.

Gua diam.
Malas berargumentasi ketika seluruh tubuh terasa remuk karena permainan semalam. Tiga ronde tanpa istirahat yang cukup.

"Auh!" Keluhnya kesakitan saat gua menggigit lengan itu sekuat mungkin.

"Semua ini gara-gara elu!" Kesal gua.

"Iya maaf. Lain kali gua bakal menahan diri." Ucapnya.

"Elu nggak harus nahan diri. Gua suka elu yang jujur dan apa adanya." Timpal gua cepat.

Ia tersenyum, meletakkan tubuh ini di dalam bath up dengan hati-hati, menit berikutnya ia pun masuk kedalam bath up. Meraih tubuh ini kedalam pangkuannya.

"Elu nggak sekolah?" Tanya gua saat teringat jika hari ini bukan hari libur.

"Nggak. Gua izin buat nemenin elu di rumah." Jawabnya.

"Oh."

Gua memejamkan mata, merasakan kenyamanan saat jemari-jemari itu bergerak memijat pinggang ini, mengurangi rasa sakit yang menyerang sebelumnya.

"Apa gua bakal ngerasain sakit pinggang seperti ini tiap kali kita melakukannya?" Tanya gua was-was.

"Nggak kok. Rasa sakit itu cuma terjadi saat elu melakukan untuk yang pertama kalinya." Jelasnya.

"Oh." Angguk gua paham.

"Ntar gua beli kondom pas ke supermarket." Ucapnya masih dengan kesibukannya memberikan pijatan.

"Buat apa?" Kening ini berkerut.

"Demi keamanan. Gua udah janji sama bokap nyokap elu." Jawabnya.

"Kondom nggak jadi jaminan. Gua lebih suka main tanpa pake pengaman." Seru gua cepat.

"Tapi Ron?"

"Shutttt!" Gua menutup mulut itu dengan jari. Membuat Adzar menyerah.

"Perasaan gua nggak enak Ron. Ntar elu kenapa-kenapa gimana? Bokap elu bilang begitu pasti ada alasannya. Dan gua yakin itu demi kebaikan kita berdua." Jelasnya akhirnya.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang