🔸Sebuah Jawaban

1K 153 60
                                    

POV "AARON"

Bruk!
Kening ini menempel indah di atas meja kantin. Meratapi pikiran yang tak beranjak dari semua kegilaan yang terjadi semalam.

Sekali lagi gua kabur.
Malu menatap muka tuh jerapah.
Nyali gua mendadak ciut saat bangun dan melihatnya yang masih terlelap.

"Gimana gua bertahan kalo begini ceritanya?" Keluh gua.

"Ck! Ngapain juga sih gua ngiyain ucapannya." Mulut ini ngomel masih dengan kening menempal pada meja.

"Nah bakso elu! Uda gua bayar. Kalo mau nambah elu bayar ndiri. Gua balik yak?" Serunya sembari meletakkan mangkok berisi bakso di depan gua yang kini telah duduk tegak.

"Makasih ya Bin." Seru gua sembari tersenyum lebar padanya.

"Hem. Makasih juga karena subuh-subuh elu udah bikin gua kelimpungan." Sarkasnya meraih jaket yang ia letakkan di kursi depan gua.

"Hehe sorry." Gua nyengir.

"Hem. Sampai ketemu hari minggu buat latihan." Ia beranjak pergi.

Yups!
Gua mengganggu tidur nyenyak BinBin untuk menjemput di rumah kakek Mahendra sembari mampir ke rumah untuk mengambil seragam dan buku pelajaran.

Dan gua kabur saat Adzar sedang mandi. Bahkan mengabaikan panggilan kakek Mahendra yang sedang duduk menikmati teh paginya bersama koran sebagai bacaan.

Gua berlagak budek.
Ngacir selagi ada kesempatan, berakhir datang kesekolah kepagian. Bahkan jadi orang pertama yang sampai di sekolah.

Ini kemajuan.
Sejak didapuk menjadi tunangan Adzar gua sering datang ke sekolah lebih awal dan selama sebulan ini gua tidak pernah mengisi buku hitam sekolah.

"Wah, bini boss pagi-pagi uda nangkring aja di kantin."

Gua mendengus.
Sangat tahu dengan suara itu.
Siapa lagi coba kalau bukan Kemal. Manusia kantin yang hampir nggak pernah absen nunjukin muka di kantin.

"Serah gua juga kali." Ketus mulut ini.

Biasanya kalau Kemal uda nongol berati bentar lagi tuh si Kino, Dave ma Brazon bakal muncul beberapa menit kemudian dan di lanjutkan dengan keberadaan si jerapah.

Ck!
Gua kudu cepet-cepet nih sarapannya. Jangan sampai tatap muka ma tuh tiang listrik. Kalo bisa pakai helm sekalian di dalam kelas.

Sumpah!
Mental gua tipis banget buat ketemu ma tuh anak. Otak ini belum bisa balik normal saat lihat mukanya. Ingatan semalam bakal muncul lagi kayak kaset rusak.

"Santai bro kalo makan!" Seru Kemal saat ngelihat gua makan seperti di kejar setan.

Uhuk uhuk!
Gua tersedak kuah bakso yang pedesnya minta nyawa. Rasanya sakit tenggorokan ini dan mata ini sudah berair karena pedasnya.

"Bangsat! Tailah!" Omel gua sembari meraih jus mangga.

"Itu ulah elu ndiri njir!" Kekeh Kemal.

Gua beranjak dengan menggebrak meja, membuat Kemal yang sedari tadi duduk di depan gua berjingkat karena kaget. Mengelus dada menahan diri.

"Bayarin sarapan gua. Bakso dua mangkok, jus mangga satu sama roti dua bungkus." Mandat gua sembari mengambil roti dua bungkus.

"Sueg! Emang gua laki elu?!" Pekiknya mendelik.

"Gua kakak ipar elu!" Saklek gua.

"Ck! Apes gua." Ia menghela napas menyerah.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang