🔸Derita Aaron Nugraha

823 108 117
                                    

POV "AARON"

Anjing!
Babi!
Kutu monyet!
Kambing gosong!

Oke?!
Biarin gua ngumpat.
Otak ini benar-benar mendidih setelah membaca proposal untuk yang ketiga kalinya. Memastikan adalah sesuatu hal yang penting.

Gila aja!
Masa gua yang bertanggung jawab untuk masalah keseluruhan panggung pagelaran?!
Nih kepsek kayaknya emang beneran ngajak gua ribut!

Bedebah!
Anak tari juga gua yang urusin?!
Nih?!
Sumpah dah!
Gua pengen banget mutilasi kepsek sama pak Lana.

Aish!
Pelajaran jadi kagak nyantol semua meski emang otak gua malas mikirin pelajaran. Tapi nggak gini juga kali gua di kerjain ma para orang tua sialan.

Bayaran tak seberapa.
Otak ma tenaga gua habis cuma buat ngurusin semua ini. Lum lagi gua harus ngerjain urusan panggung.

Bangke!
Bangsat!
Emosi gua! Emosi anjing!
Apa yang bisa gua bakar sekarang, hah?!

Bruk!
Gua luruhkan kepala di atas meja. Pelajaran sudah kelar dan gua malas buat ikutan kegiatan klub. Emosi bikin gua pengen ngebakar sekolah.

"Kenapa lu?!"

Gua mengubah posisi kepala, membuka sebelah mata. Menemukan Riswana berdiri di depan gua dengan setelan biasa begitu juga dengan Zaki.

Mereka sudah lulus.
Hanya tinggal menunggu penyelesaian berkas dan perpisahan sekolah. Untungnya kali ini tidak ada pesta perpisahan mewah.

"Mau ngebakar sekolah!" Sengak mulut ini.

"Hahaha kumat lu?!" Tawa Zaki memenuhi ruang kelas yang telah kosong.

"Ngapain kalian ke sini?" Gua mengerutkan kening.

"Nyariin elu. Kepsek nyuruh kita berdua bantuin elu buat urusin panggung. Ntar ada Luga juga bakal bantuin." Terang Riswana.

"Yakin lu?! Emang kalian kagak sibuk ngurus buat pendaftaran kuliah?" Gua masih tak yakin.

"Beres itu ma. Kami bertiga kan murid berprestasi jadi udah dapat kampus yang bagus. Tinggal ngurus daftar ulang aja." Seru Zaki sombong.

"Sueg lu! Sombong amat!" Kesal gua, kali ini duduk dengan sempurna bersandar pada sandaran kursi.

Ada pencerahan.
Ada sedikit kelegaan setelah mendengar ucapan mereka jika gua nggak bakal kerja sendirian.

Luga.
Riswana.
Dan Zaki adalah anak seni yang memiliki banyak bakat terutama di dunia lukisan.

"Oke. Kalo gitu gua tenang sekarang." Seru gua sembari bangkit berdiri.

"Ya udah, kita balik. Ntar elu infoin aja kapan mulai eksekusinya." Ucap Riswana.

"Siap. Ya dah gua nebeng juga donk sampai ke Sunter." Ucap gua sembari meraih tas.

"Oke." Angguk Riswana.

"Elu nggak ke klub?" Zaki menaikkan sebelah alis.

"Malas. Ya udah tungguin gua di tempat parkir. Gua ambil jaket dulu." Kaki ini mengikuti langkah mereka yang pergi meninggalkan ruang kelas.

"Oke." Angguk mereka kompak.

Kami berpisah di tikungan koridor.
Kaki ini melangkah menuju lapangan basket indoor. Menatap mereka yang sedang asyik latihan basket.

Bibir ini tersenyum.
Menatapnya yang sedang menggiring bola menuju ring. Ia terlihat sangat serius dengan permainannya.

Dast!
Bola masuk.
Ia berbalik, melangkah menjauh dari ring. Membiarkan Brazon mendribel bola.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang