🔸Dewasa???

558 84 28
                                    

POV "ADZAR"

Tes tes tes.
Peluh itu mengalir deras, membasahi seragam basket bahkan rambut pun basah karena peluh. Namun lelah tak kunjung mendekat.

Dast!
Bola masuk dalam ring.
Tangan ini pun kembali bergerak meraih bola, mendribel dan kembali bergerak lincah menuju ring basket.

Set!
Gua menghela napas, menatap Haska yang berhasil merebut bola dengan gesit. Mendribel sebelum memasukkan bola ke ring dan mencetak angka.

"Mata gua udah mulai kagak bisa lihat ring, bro!" Seru Kemal.

Jelas saja.
Ini sudah jam sepuluh malam dan kami masih sibuk latihan basket. Melampiaskan segalanya sembari berlatih sebelum pertandingan.

"Gila lu Boss! Kompeni lu!" Pekik Dave menyerah, menjatuhkan diri di lantai lapangan.

"Lelah gua. Lelah hayati juga." Brazon menyerah setelah sejam bermain tanpa mengenakan baju.

"Gua sih masih sanggup ngelayani kegilaan Boss." Kekeh Haska.

"Gila! Nih kita main dari jam lima sore bangsat! Kaki ma tangan gua udah tremor sialan!" Kino muntap.

"Kalian istirahat aja. Gua masih butuh ngejernihin pikiran." Putus gua diakhir, meraih bola dan mulai bermain sendiri.

Panas.
Gelisah.
Bahkan ketakutan perlahan mendekat meski otak ini menanamkan kepercayaan pada hati dan logika.

Jujur.
Cemburu itu seperti racun dan virus yang bisa merusak hati dan pikiran kapan saja jika gua tak mampu mengendalikannya.

Katakan!
Siapa yang nggak cemburu lihat pacar sendiri di kasih cowok lain bunga dan boneka serta pelukan yang parahnya punya rasa buat pacar gua?!

Normal kan?
Gua nggak naif.
Otak, hati dan pikiran gua terlalu normal buat cuma tenang dan ngebiarin semua itu.

"Bareng gua aja yuk?"
Tuh anak bau kencur bener-bener ngelunjak. Gua diem tuh bocah bergerak beberapa langkah melewati batasan yang gua tolerir.

Ck!
Sialan!
Gua nggak bisa sepenuhnya nunjukin kalo Aaron itu milik gua. Janji untuk tidak menyebarkan status masih melekat di benak ini.

Gua di ujung tanduk.
Tak tahu harus bagaimana untuk memperjelas jika Aaron itu milik Adzar Mahendra. Jadi siapapun tak akan berani mendekatinya terutama dengan penuh niat.

"Tuh anak kenapa sih?" Suara Kemal sampai ke telinga ini.

"Gua juga kagak tahu. Seharian ini gua sibuk ma moss." Dave pun memberi jawaban.

"Lu Zon? Biasanya elu tahu banyak hal." Kemal beralih mencari infomasi.

"Kali ini gua juga kagak tahu. Moss terakhir bikin gua fokus. Nggak sempat kepoin kerjaan Boss." Jelas Brazon.

"Elu jangan tanya gua." Ucap Kino saat mata Kemal beralih menatapnya hendak mencari informasi.

"Ck! Payah lu! Terus lu Ka?" Tumbal terakhir pun menjadi sasaran Kemal.

"Hem... Pilga bilang sih hari ini saingan Boss tampangnya kece. Gua sih nggak heran kalo sekarang si Boss tingkahnya begitu." Jelasnya santai.

Sialan!
Gua beneran kesal sekarang.
Sumpah! Tuh anak emang beneran ganteng. Dan lagi termasuk golongan elit.

Jujur!
Jika bersaing beneran tanpa status kalau Aaron tunangan gua mungkin gua bakal jungkir balik buat dapetin Aaron dengan tuh bocah sebagai saingan.

Bamma Anzaka.
Siapa sih yang nggak kenal keluarga Anzaka di dunia pebisnis. Mereka hampir memenuhi semua aspek bidang bisnis bahkan sekarang bekerja sama dengan perusahaan bokap di bidang produksi.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang