🔸Asa di antara Mimpi Buruk

645 97 19
                                    

AARON"POV"

Kopiko.
Permen karet.
Dan roti pia pinggir jalan selalu menjadi sasaran gua tiap berangkat sekolah.

Begitu juga pagi ini.
Tak jauh dari tikungan gerbang masuk perumahan tempat tinggal Adzar. Mengambil segenggam permen favorit.

"Ron, buruan gih. Lu beli apaan sih?" Intan mulai tak sabaran.

"Iye-iye. Ini juga udah kelar." Sungut mulut ini sembari berjalan mendekati Pilga dan Intan yang duduk manis di atas jok motor mereka.

Brum brum brum.
Gua diam, menatap motor yang melaju kencang mendekat. Urung membuka bungkus permen kopiko.

"Nih motor kok ke arah gua." Dumel gua mulai waspada.

Pakain serba hitam dengan helm full face menjadi pemandangan yang membuat kening ini mengkerut. Mundur selangkah saat tuh motor mencoba menyerempet.

"Anjing! Apa-apaan sih?!" Gua kesal, menatap sengit tuh orang.

Deg!
Gua kaku.
Laki-laki di belakangnya membuka kaca helm. Membuat jantung ini berdetak hebat.

Dia?!
Wajah itu melintas bersama semua masa lalu yang sekarang terekam di benak ini bak kaset rusak. Tersusun dengan semua warna dan gambaran yang jelas.

Glup!
Gua menelan ludah, bersama gemetar yang memenuhi seluruh sendi. Kaki ini pun tak bisa bergerak hanya sekedar untuk melarikan diri.

"Ron?!"

Dor!
Teriakan Intan bergerak selaras dengan bunyi peluru yang di tembakkan. Dan itu menyuntikkan kesadaran ini.

Bruk!
Gua terjatuh berguling setelah mencoba menghindari meski sedikit terlambat. Kepala ini mendarat sempurna di pinggiran trotoar.

"Woi!!" Teriak semua orang yang menyadari kejadian.

"Arrggkk" pekik gua kesakitan dan mendadak segalanya mulai menghitam.

"Sialan." Gumam mulut ini sebelum segalanya benar-benar gelap.

-
-

Mencekam.
Kumpulan asap memenuhi segala penjuru, mengepul bersama sebuah mobil yang terbakar hebat.

Gua diam.
Berdiri dengan tangan memegang permen lolipop rasa jeruk. Tak berkedip menatap beberapa bocah yang hampir seumuran keluar dari dalam mobil lainnya.

Boom!
Sekali lagi ledakan itu memekakkan telinga tepat setelah bocah terakhir keluar dari mobil mewah yang sekarang penuh dengan kobaran api.

"Bocah?!" Suara itu terdengar kaget sekaligus panik.

Gua menengadah.
Menatap sosok lelaki tinggi berambut panjang yang terikat berantakan, tak jauh berbeda dengan pakaiannya yang sebagian lutut dan lengan terdapat sobekan.

"Cepat sembunyi!" Perintahnya dengan mendorong diri ini pada sebuah gedung tak berpenghuni.

Entah.
Kenapa gua berakhir di sini.
Seingat gua, tadi gua sedang menikmati perayaan tahun baru China atau imlek bersama papa, mama dan koko.

"Bang Aga?!" Teriakan lainnya mengingatkan gua jika diri ini tidak sendirian.

"Za, ajak adek-adek kamu bersembunyi. Jaga mereka dengan baik." Pesannya, tak lupa tangan gemetar itu merapikan rambut anak laki-laki tampan yang berdiri di depan gua.

"Bang Aga?" Mata bulat itu menatap kebingungan.

"Dengar! Abang percaya kalo kamu bisa menjaga mereka semua. Jika abang tidak kembali artinya kamu yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka. Kamu mengerti?" Mata tajam itu menatap bocah kecil itu lekat.

BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang