18

25 1 0
                                    


Di ujung sore menjemput senja, dari jauh seorang pria muda memperhatikan Reina dan Marcel dari atas motor vespa matic-nya. Di pikirannya, apakah mungkin mereka berdua sudah pacaran, tapi kenapa mereka bertengkar. Padahal, pria itu bukan tipe yang terlalu sibuk mencari urusan orang lain bahkan ikut campur, namun anehnya kenapa tiba-tiba harus memiliki sifat kepingin tahu yang ingin selalu dihindarinya. Apa karena mungkin dia mengenal kedua sosok yang jadi perhatiannya saat ini.

Secepat itukah mereka saling kenal, dan jadian. Setahu dia, keduanya pertama kali bertemu di bandara Malpensa sama sekali tidak terjadi sesuatu yang membuat mereka saling menyukai malah sebaliknya bertengkar seperti saat ini, atau mereka benar-benar bertengkar bukan karena sepasang kekasih melainkan musuh yang tanpa sengaja bertemu dan menciptakan pertengkaran kedua kalinya. Sudah pasti, pikir pria itu entah kenapa mengharapkan pilihan yang buruk 'musuh'.

Tidak, mereka bukan sepasang kekasih, kembali menekankan pikiran sesuai keinginan hatinya. Jelas, dari jauh saja mereka tidak terlihat sedang pacaran. Dia sudah tidak bisa lagi mengontrol pikirannya, bingung, itulah yang terjadi saat ini. Entah siapa yang sekarang mengendalikan pikirannya―dia bingung, apa harus mendekati mereka atau cukup diam saja dan memperhatikannya.

***

Tak berapa lama, Reina tersadar kalau sedari tadi mereka diperhatikan seseorang. Sadarnya diiringi dengan terperangah, mau tak mau dia menyudahi pertengkarannya dengan Marcel.

Melihat gadis di hadapannya mendadak diam, Marcel ikutan diam juga. Tak akan dibiarkan ego menguasai dirinya lagi, lebih baik beralih pada sedan putih itu selagi Reina diam membisu.

Reina sejenak mendiamkan perkara tadi pagi karena ada perkara lain yang sedang mendekatinya, dan setengah hati membiarkan Marcel kembali mengutak-atik mobilnya, bukan untuk dirusak kedua kalinya melainkan diperbaiki.

Apakah dirinya masih di bandara, pikir Reina sambil mencubit tangannya.....auuwww. Ini bukan mimpi, ini nyata. Tapi, kenapa cowok itu ada di sini juga, dan kenapa kedua-duanya harus ada di hadapanku. Ya Tuhan, setan bandara apa yang telah mengikutiku sampai ke sini, kenapa mereka berdua harus dipertemukan denganku lagi. Apakah ini hukuman yang harus kuterima karena bertindak kasar terhadap mereka berdua.

Reina menyesal telah kabur dari kedua temannya, siapa yang akan menolongnya dari kegelisahan ini. Barusan dia sudah kehabisan akal berhadapan dengan Marcel, dan sebentar lagi akan berhadapan dengan satu lagi pria tanpa diduganya bisa jadi mahasiswa di kampus ini juga. Mungkinkah pria yang memperhatikannya sedari tadi bersikap sama dengan Marcel.

Lantaran gugup menghadapi situasi ini, tak ada cara lain lagi yang bisa menenangi pikirannya, terpaksa Reina menghubungi Arta, berharap temannya masih berada dalam kampus karena sedari tadi sejak keluar dari kampus dia belum melihat mobil temannya, Arta maupun Amanda melintasi jalan ini. Walaupun sudah melintas mereka pasti akan turun, terlebih dengan Arta yang selalu ingin tahu 'apa yang sedang terjadi'.

"Siapa yang kau telepon, montir?" tanya Marcel.

"Bukan, dan ini juga nggak ada hubungannya denganmu."

"Aku nggak menanyakan itu."

"Lebih baik kau diam Marcel. Perbaiki saja mobilku, kau bilang sebentar lagi gelap, nggak baik seorang cewek di sini sendirian. Dan nggak usah banyak tanya." Terpaksa Reina berkata begitu karena ada masalah baru yang harus dihadapinya, sudah cukup perkaranya dengan Marcel untuk hari ini.

"Tapi, kenapa kau gelisah, apa ada sesuatu yang aneh di sekitar kita," khawatir Marcel.

"Mohon banget Marcel, mulai detik ini sampai besok, aku nggak mau ribut lagi denganmu, jadi mendingan diam. Perbaiki saja mobilku." Ulang Reina lagi, dan pria itu menurutinya. Reina mengurungi niatnya menghubungi Arta, dia hanya mengirim pesan ke Whatsapp. Semoga dibaca, harapnya.

"Terserah kaulah Reina, aku cuma mau membantu," ucap Marcel, dan seketika itu dia melihat seseorang memperhatikan mereka. Apa dia yang membuat Reina tiba-tiba gelisah begini.



Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"

Terima kasih sudah mampir ke Bab 18 Sepasang Topeng Venesia

Selamat membaca!

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang