15

42 3 0
                                    


Marcel wajahnya yang putih mulus tiba-tiba memerah, seakan di lapisan terluar kulit wajahnya ditumpuki puluhan cabai merah hasil dari panen tiga bulanan, benar-benar tampak merah membakar, amarah terlukis di sana. Setelah bertanya-tanya, dan mengetahui gadis yang mempermainkannya kedua kali ternyata mahasiswi fakultas ekonomi di kampus ini juga dari salah seorang mahasiswa yang menyaksikan dirinya dipermalukan, dengan wajah marah Marcel menemui dan mengajak kedua temannya―Martin dan Mario pun bertanya-tanya.

"Ada apa denganmu, Marcel?" tanya Martin.

"Iya, kenapa wajahmu tampak garang," tambah Mario.

"Ada yang salah dengan kami berdua sehingga sikapmu aneh begini," ucap Martin lagi.

"Ikut saja denganku," Marcel mengajak kedua temannya ke tempat di mana Martin dan Mario penasaran dibuatnya.

"Kau mau mengajak kita ke mana?" Mario tampak sedikit tak sabar dengan keingintahuannya.

"Nanti, kalian berdua bakalan tahu," sepertinya Marcel tidak peduli dengan reaksi penuh tanya di wajah kedua temannya.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi menuju tempat yang dituju, tapi Martin sudah bisa menebak ke mana temannya membawa dirinya dan Mario. Namun, dia tidak bisa berpikiran jauh tentang apa yang merasuki temannya tiba-tiba membawa mereka ke sini, dan seketika itu otaknya buntu benar-benar tak dapat berpikir kenapa mereka harus ke fakultas ini.

Apa mungkin Marcel mencari seseorang dan mengajak nongkrong di kantin fakultas ini dengan suasana baru, suasana yang dibumbui dengan pandangan ke beberapa mahasiswi berpakaian modis dan kebanyakan seperti itu―terlihat di sekitarnya. Sementara di fakultasnya sendiri, sama sekali tidak menemukannya. Walaupun ada mahasiswi di sana, tapi sayangnya penampilan dan sifat mereka seperti laki-laki lebih dikenal dengan sebutan cewek tomboi. Mahasiswa rata-rata di fakultas teknik dihuni atau didominasi laki-laki, jadi wajar kalau kefeminin-an seorang cewek tidak berlaku di sana, atau tidak terlalu menonjol karena beradaptasi dengan lingkungan laki-laki.

Kembali ke tujuan utama, atas dasar apa Marcel ke sini, atau jangan-jangan ada hubungannya dengan kejadian tadi pagi yang membuat Martin baru menyadari apa yang dilakukannya tadi, sesuatu yang buruk. Ini gara-gara Mario yang mempengaruhinya, entahlah mana yang benar. Setidaknya, saat ini, ikuti saja dulu maunya Marcel, pikir Martin tak mau ambil pusing.

"Mau ngapain kita ke sana?" perasaan Mario jadi tidak enak, dia juga sudah mulai menyadari ke mana mereka akan pergi.

"Diam saja, nanti kalian lihat sendiri," kembali dengan jawaban yang sama. Marcel tampak malas mengeluarkan energinya untuk bicara karena amarah masih menempel dalam hatinya, dia membutuhkan energi itu di saat yang tepat, dan membiarkan kedua temannya berimajinasi dengan pikiran liar mereka sendiri, terserah mereka mau pikirkan apa.

Setibanya di fakultas ekonomi, benar dari gelagat wajahnya, Marcel mencari seseorang. Matanya ke sana kemari memerhatikan mahasiswi yang ada di sekitarnya, seolah ingin mengajak berkenalan atau sebaliknya, tapi dari raut wajahnya tidak menggambarkan seperti itu, sedikit pun tidak ada senyuman. Dia terlihat seperti memendam emosi negatif, seakan sesuatu yang buruk telah terjadi.

Dari jauh Marcel melihat samar seseorang. Apa benar dia mencari seorang perempuan karena pandangannya tertuju pada mahasiswi yang sedang berdiri dan berbicara dengan teman-temannya.

"Benar itu dia," ucap Marcel, dan memastikan penglihatannya pada kedua temannya sambil mengarahkan pandangannya ke seseorang, tetapi dia tidak tahu siapa nama gadis itu. Kenapa dirinya sebegitu bodoh sampai tidak ada waktu mengetahui siapa nama gadis yang barusan mempermainkannya kedua kalinya, dan gadis itu tidak menyadari kalau dirinya sedang diperhatikan. "Lihat cewek yang mengenakan topi bucket, dia cewek yang mempermalukanku di bandara Malpensa kemarin, dan ternyata dia kuliah di sini."

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang