35

9 1 0
                                    


Sebelum mereka keluar mencari Reina, Marcel memberikan sebuah saran........

"Kita bagi dua rute; Aku, Arta, dan Amanda arah ke sana, sedangkan kalian Martin dan Mario arahnya satu lagi," timpal Marcel.

Marcel takut. Takut sekali. Mungkin malah lebih takut daripada Elia, ibunya Reina, entah sudah berapa kali Marcel menghilangkan perasaan itu, tapi dia belum bisa menepiskannya.

"Marcel pelan-pelan," gerutu Arta cemas.

"Bagaimana aku bisa pelan Arta, aku khawatir kondisi Reina," sahut Marcel terus terang.

"Memang, kamu saja yang khawatir Reina," cetus balik Arta.

"Aku juga Marcel, tapi kita harus sabar," tenang gadis itu.

Marcel dan kedua gadis itu menyusuri tempat-tempat sambil menanyakan keberadaan Reina begitu juga dengan Martin dan Mario.

"Marcel, itu mobilnya Reina!" ujar Amanda tiba-tiba.

"Yang mana?"

"Itu...!" seru Amanda sembari mengarahkan jari telunjuknya ke taman.

"Berhenti di sini Marcel...!" seru Amanda lagi.

Pria itu menepikan mobilnya berdekatan dengan mobil Reina, lalu mereka menyusuri taman.

"Arta tolong hubungi Martin, kalau kita sudah menemukan mobilnya Reina," tutur Marcel penuh kecemasan sembari memberikan ponselnya ke gadis itu.

"Reina.......Reina......kamu di mana?" teriak Marcel dan Amanda serempak.

"Reina......kamu di mana," pekik Marcel lagi sambil menahan tangisnya.

* * *

"Kalian di mana, apakah kalian sudah menemukannya?" tanya Martin khawatir melalui telepon genggamnya.

"Kami sekarang berada di taman Sumenep.....mobilnya Reina ada di sini," jawab Arta sembari memberitahukan posisi taman berada di mana. Mendadak Arta terkejut dan matanya terbelalak ketika mendengar teriakan Amanda, gadis itu melihat Reina dari kejauhan terbujur kaku.

"Itu Reina....!" seru Amanda, sesaat Marcel tersentak seperti terkejut melihat Reina terkulai di sebuah bangku taman. Tubuhnya Reina lemas, tatapan matanya pun tak bercahaya. Marcel bergegas meraih tubuhnya. Dia jadi panik melihat keadaan gadis itu. Marcel semakin dicekam ketakutan. Dia menyentuh pipi Reina dan dahinya.

"Nggak akan kubiarkan kamu menderita!" ucap getir Marcel, kedua gadis itu heran mendengar perkataan pria itu. Belum pernah Marcel dilanda perasaan ingin melindungi seseorang seperti saat ini. Dia merasa menyesal, ia terlampau menuruti emosinya sehingga membuat keadaan rumit seperti ini.

"Reina.....Reina, ini aku sayang," hati Marcel semakin cemas, ia tak menyadari atau memang tidak peduli dengan tanggapan orang lain nantinya atas ucapannya itu. Tiba-tiba tubuh Reina hampir melorot dari pegangannya. Sementara, kedua gadis itu saling pandang karena merasa aneh dengan ucapan pria itu, kenapa tiba-tiba mengucapkan kata 'sayang' seolah ia kekasihnya Reina. Apa iya, Marcel benar-benar menyukai Reina, pikir mereka berdua.

"Reina!" Jeritnya panik, tidak ada jawaban. Matanya tertutup rapat. Marcel menjerit histeris. Kepanikan dan ketakutan menguasai dirinya begitu juga dengan kedua gadis itu.

"Rein.....bangun dong!," paksa Marcel.

Tiba-tiba darah segar keluar dari mulut Reina, membasahi dagunya.

"Reina......" teriak Marcel dalam tangis. Arta dan Amanda tak kalah cemas melihat kondisi teman mereka sekarat, meskipun begitu mereka masih sempat melihat dan merasakan keanehan dalam diri Marcel, begitu nampak kekhawatiran dalam dirinya. 

Sesaat kemudian Martin dan Mario muncul, mereka menyaksikan Marcel yang sedang mendekap Reina. Dengan sekuat tenaga Marcel menggotong sendiri tubuhnya Reina ke dalam mobilnya.

"Arta....Amanda....kalian ikut denganku," tegas Marcel. "Mario, kebetulan kamu tadi bersama Martin, jadi, sekarang tolong setir mobilnya Reina."

"Siap...!" jawab Mario.

"Kita akan ke rumah sakit, sekarang," ucap Marcel.

***

Selama perjalanan menuju rumah sakit, rasa cemas mendalam menyelimuti hati dan pikiran mereka, baru kali ini mereka menghadapi situasi seperti ini.

"Rein, bertahan ya, sebentar lagi kita bakalan nyampe," ucap Arta seraya menangis, padahal Reina tidak sadar sama sekali.

"Manda, hubungi tante Elia, bilang kalau kita sekarang menuju rumah sakit," timpal Marcel.

"I...ya...!" gagap Amanda.



Terima kasih sudah mampir ke Bab 35 Sepasang Topeng Venesia

Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"

Selamat membaca!

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang