Di atas sebuah tempat tidur, Reina melayangkan pandangan sekelilingnya, ia menemukan wajah-wajah sahabat dan orang tuanya yang sering muncul dari alam bawah sadarnya. Pelan-pelan ia membuka mata dan menggerakkan tangannya. Kini, mereka sungguh nyata berada di depan mata, akhirnya ia siuman. Melihat mereka, hatinya kembali dibuncah merasa bersalah.
"Om, tante, Reina sadar!" ucap senang Amanda. Semua lega dan terharu.
"Ma.....Pa.....maafin Reina ya, telah membuat mama dan papa khawatir."
"Nggak apa-apa, sayang," ucap Elia penuh cinta sembari mendekati putrinya, begitu juga dengan ayahnya.
"Maafin aku juga ya...Ta...Manda, dan kalian, Marcel, Mario dan Martin." Reina berkata halus.
"Kalau nggak ada Marcel, kita bakalan bingung, nggak tahu bagaimana jadinya," jelas Arta. Jelas dari wajah Reina terlukis rasa bersalahnya terhadap pria itu.
"Marcel, masalah kemarin di kantin teknik.....maafin aku ya, akan aku usahakan kau balikan sama pacarmu," entah kenapa di saat kondisi sakit seperti ini, masih sempat Reina memikirkan orang lain. Dari ucapannya itu membuat teman-temannya yang lain jadi bingung kecuali Marcel, ternyata mereka berdua selama ini menyimpan atau menyembunyikan sesuatu dari mereka. Terlebih kedua gadis itu, bertanya-tanya, sejak kapan Reina mengenal lebih dalam Marcel sampai kenal dengan pacarnya pria itu, dan lebih membingungkan lagi Reina akan berusaha menyatukan kembali Marcel dengan pacarnya, ada apa ini? Tetapi itu tidak akan terjadi karena Arta dan Manda sudah tahu persis bagaimana perasaan pria itu saat ini. Memang, pada kenyataannya Marcel tidak mau kembali ke mantannya lagi, Sarah, lantaran hatinya akan ia berikan kepada orang yang sangat ia sayangi saat ini.
"Nggak apa-apa kok Rein, malahan aku nggak ada rasa lagi sama dia," timpal Marcel.
"La iyalah, hatinya sudah berpaling ke ka......" ucap Amanda, tiba-tiba perkataannya terpotong karena Arta menginjak kakinya.
"Sssss....! Diam," bisik Arta ke telinga Manda. 'Biarkan saja mereka, ini bukan urusan kita."
***
Tak berapa lama, Dokter Benyamin muncul.....
"Tolong berikan dia waktu istirahat," ucap dokter karena terlalu banyak orang dalam ruangan itu, dan kondisi Reina belum sepenuhnya pulih. Arta, Manda, Marcel dan kedua temannya mengindahkan saran dokter itu, segera mungkin mereka pelan-pelan menjauh memberikan kesempatan bagi Reina untuk beristirahat.
"Kalian pulang saja dulu," timpal Elia, ibunya Reina dengan senyum manis. "Biar tante dan om yang nungguin di sini."
Terima kasih sudah mampir ke Bab 36 Sepasang Topeng Venesia
Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"
Selamat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Topeng Venesia
General FictionSetiap orang punya cara yang berbeda untuk menemukan cintanya. Ada dengan cara yang aneh dan unik namun berkesan, begitulah yang dirasakan seorang gadis muda setelah pulang dari liburannya di Venesia. Meski dia hanya memiliki sebuah topeng karnaval...