1

88 5 0
                                    


Hari yang begitu panjang, berakhir dalam satu tempat, namun cara berakhirnya bukan bagian dari yang diinginkan. Berakhir bukan dalam satu suasana, dan juga dalam satu perasaan, melainkan berbagai macam suasana dan perasaan―bergulir bahkan bercampur maupun berkumpul menjadi sesuatu yang berbeda. Bukan berbeda yang pertama kali dirasakan, namun berulang kali, bukan artian setiap saat, ada peluang akan terjadi lagi. 'Menunggu', merupakan kata atau sesuatu hal yang teramat menjengkelkan bagi setiap orang, apalagi melibatkan anggota tubuh; seakan kaki, tangan, mata, telinga dan kepala merasa gelisah seolah berkata, "sampai kapan harus berada di sini, sampai tubuh keriput karena begitu bodohnya dipermainkan waktu." Bahkan berusaha mengambinghitamkan hati dengan berbagai macam perasaan; gusar, kesal dan jenuh. Itulah yang dialami seorang gadis cantik, Amanda yang berambut panjang tampil feminin dan sedikit seksi. Tapi tidak bagi Arta, si gadis kacamata dan Reina si gadis tomboi yang mengenakan topi bucket, yang tidak terlalu memusingkannya, setidaknya hari ini sudah jelas jadwal keberangkatan mereka meski adanya penundaan, tidak terlalu lama―satu atau dua jam masih wajar dan masih bisa diterima.

***

Para calon penumpang dengan berbagai macam sifat dan penampilan serta gerak-gerik tubuh, satu persatu dengan barang bawaan mereka mulai memenuhi ruang tunggu keberangkatan di dalam bandara Malpensa, Italia. Bandara yang terletak di provinsi Varese dekat Milan.

Amanda sedari tadi berusaha menahan rasa jengkelnya, dikarenakan tidak menemukan tempat yang bisa membuat tubuhnya benar-benar sedikit merasa nyaman. Nyaman dalam artian benar-benar sesuai dengan arti kata yang sesungguhnya, baginya. Bukan nyaman dalam artian di pikiran kedua temannya, yang menurutnya terlalu jauh dari makna sesungguhnya. Ini yang membuatnya terlalu berlebihan di hadapan Reina dan Arta, terlalu menuntut, harus sesuai dengan keinginannya. Dalam menghadapi situasi yang biasa-biasa saja, dirinya seperti menghadapi sebuah petaka, bagaimana nantinya dalam keadaan serius, mungkin sudah luar biasa repotnya mengartikan suasana.

Hanya duduk di bangku yang telah tersedia, apa susahnya melakukannya sambil menunggu jam keberangkatan di ruang tunggu penumpang, tidak perlu mempermasalahkan ini-itu bahkan mengambinghitamkan yang lain. Tapi, hal itu sulit untuk diterapkan dalam diri Amanda, dia bukanlah tipe gadis yang bisa mempermudah keadaan, bagaimanapun suasananya akan berujung pada keluhan.

Salah satu keluhan yang selalu jadi langganannya, tidak dapat menoleransi waktu yang begitu lama. Dan kali ini, keluhan itu diperparah karena duduk tidak berjauhan dengan orang yang menurutnya tidak mengerti arti kata 'kesehatan', seakan tubuhnya menjerit ingin ditempatkan ke tempat yang benar-benar lebih nyaman.

Sedangkan Arta, gadis berkacamata, serta rambut panjang dikepang satu ke belakang dengan penampilan sederhana dan terlihat culun, masih bertahan dengan situasi biasa-biasa saja, sengaja diciptakan dalam dirinya berkat bantuan buku yang sedang dia baca, dan masih bersabar menghadapi manusia seribu keluh, temannya sendiri, Amanda. Begitu juga dengan Reina, hanya duduk menikmati waktu tampak perlu mengerutkan wajah setelah mendengar penundaan penerbangan untuk beberapa jam ke depan.

Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"

Terima kasih sudah mampir ke Bab 1 Sepasang Topeng Venesia

Selamat membaca!

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang