23

16 1 0
                                    


Restoran Cita rasa bersama, salah satu aset perusahaan keluarga Hermawan, restoran mewah yang terkenal di sekitar Menteng. Menu utama restoran ini, beberapa masakan nusantara yang sudah dikenal masyarakat Indonesia serta masakan dari Taiwan, seperti Sheng yu tang adalah perpaduan ikan kakap dan rempah-rempah yang menyayat hidung, ada lagi Jing gup zong perpaduan daging burung dara dan daging sandung lamur, begitu juga dengan Yan cang yu tidak bakalan kalah enaknya.

Ponsel Reina sepertinya berbunyi, nomor ibunya muncul di layar ponselnya 'Mama memanggi', dia cepat-cepat meraihnya dan melekatkan ke telinganya.

"Rein.....mama kemungkinan nggak bisa balik lagi ke restoran malam ini, tolong ya, kamu di restoran sampai malam nanti. Sekarang, mama lagi di rumah teman, ada sesuatu yang penting yang harus mama kerjakan di sini."

"Oke deh, ma!" ucap Reina tanpa protes.

***

Reina duduk santai di ruang kerja ibunya sembari menyalakan laptopnya, serta-merta lelaki seberang itu atau teman barunya dalam dunia maya yang memiliki nama akun Ferdinand, muncul lagi dalam akun facebook-nya.

"Hai cewek!" sapanya.

"Maaf ya! Pembicaraanku kemarin, ngelantur," tutur lelaki itu.

"Nggak apa-apa," jawab Reina.

"Ada sesuatu yang aku rasa beda sama kamu, dibanding dengan teman facebook-ku yang lain!"

"Apa tuh?" tanya Reina.

"Sepertinya kamu orangnya baik, sopan dan penyayang," jujur pria itu meskipun belum melihat paras maupun fisik teman barunya itu di dalam dunia maya, tetapi dia merasakannya.

"Kamu bisa saja. Terus, dari mana kamu tahu kalau aku baik, sopan dan cantik."

"Diralat ya, aku nggak bilang cantik, lantaran aku belum pernah lihat wajahmu, tapi kamu itu sopan, baik dan penyayang."

"Kamu sudah mulai bercanda ya. Terus, jawab dong pertanyaanku tadi," manyun Reina, meskipun pria itu tidak melihat ekspresi mukanya.

"Pertanyaan yang mana?"

"Tentang aku yang baik."

"Oh.....itu, aku bisa menilai kamu dari cara membalas pertanyaanku, begitu sopan tanpa menyinggung, terus satu lagi.....kamu orangnya mengasyikkan, makanya aku mulai tertarik  sama kamu."

"Jangan sampai!" ketik Reina.

"Kenapa?" tanya lelaki seberang itu.

"Aku nggak bisa, tolong jangan ditanyakan lagi, ya."

"Hanya kamu yang mau bahkan berani serius chating bersamaku.....dengan adanya dirimu, setidaknya dapat meredakan sedikit masalahku."

"Jangan berlebihan dong, bikin aku malu," tiba-tiba Reina tersenyum sambil mengetik kata-kata, dan raut mukanya tampak sedikit manja.

"Aku nggak berlebihan.....ini benar.....aneh rasanya kalau aku chating denganmu, seakan-akan perasaanku tenang,"

"Itu kan perasaanmu saja," kilah Reina.

Reina segera mengakhiri pertemuannya melalui alam maya itu, sebab dia mulai merasakan suatu keganjilan muncul secara perlahan, menimbulkan suatu kebimbangan, seolah-olah menariknya untuk bergabung di dalamnya. Namun, daripada semakin menjadi, dia berusaha menghindari dengan menyudahi percakapannya bersama lelaki seberang itu melalui via facebook.

"Maaf, pertemuan untuk hari ini kita off-in dulu ya. Aku lagi sibuk nih,....bye!"

Tanpa menunggu tanggapan dari pria itu, lekas-lekas Reina keluar dari akun facebook-nya, tapi hatinya menari-nari diiringi, dengan mengingat kembali perkataan yang dikeluarkan lelaki seberang itu, suatu perasaan yang akan menyelinap dan segera mengakar dalam hatinya.

"Aaaahhhhhhhhhh," Reina teriak, senang atau marah. Tapi, kata-kata itu seperti kumpulan racun yang hampir merusak pikirannya.

Seorang karyawan tanpa sengaja mendengar jeritannya, karyawan itu cemas, dengan hati-hati, dia membuka pintu sembari menyapa Reina.

"Ada apa non?" tanya karyawan itu.

"Nggak ada apa-apa Mel, mungkin aku harus jalan-jalan dulu," ujar Reina seraya melayangkan senyumnya kepada Imelda, salah satu karyawan yang bekerja di restoran orang tuanya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu non," sopan Imelda.

"Mel, jangan manggil aku non.....sebut saja namaku, nggak apa-apa kok," lembut Reina tersenyum tipis, setengah hati. Umur karyawan itu lebih muda dari Reina.

"I...ya, non.....maksud saya non Rein......aduh salah lagi.....mbak Rein," ujar Imelda malu sambil pamitan. "Saya ke depan lagi ya mba, mau melayani pengunjung yang baru masuk."

"Silahkan Mel," ucap Reina. Lalu karyawan itu menutup balik pintu ruang kerja ibu Elia dan kembali melakukan pekerjaannya. Sementara Reina kembali sibuk bersama laptopnya.



Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"

Terima kasih sudah mampir ke Bab 23 Sepasang Topeng Venesia

Selamat membaca!

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang